Rabu, 30 Juli 2014

Bruce Ray: Allah Berdaulat Atas Waktu (2)

Ketika persekutuan Yosua yang dibuat dengan tergesa-gesa dengan orang-orang Gibeon ditantang oleh persekutuan orang-orang Amori, dia keluar untuk menemui kelima raja Amori itu di medan perang (Yosua 10:1-15). Di tengah peperangan, Yosua memohon kepada Allah untuk membuat matahari berhenti, untuk memperpanjang hari sehingga dia dan laskarnya dapat mengejar musuhnya. Dan Allah melakukannya! Matahari berhenti di atas Gibeon; bulan berhenti di Lembah Ayalon, dan musuh Yosua dan musuh Allah dikalahkan semua. "Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian" (ayat 14).
...
Karena semua waktu adalah waktu Allah, Dia memiliki kekuasaan atas waktu yang kita gunakan. Kita hanya pelayan dari waktu Allah, dan Dia memerintahkan siklus mingguan untuk bekerja dan istirahat.

Di sinilah letak ketidaksukaan manusia terhadap perintah Sabat. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, ketika Adam dan Hawa menyatakan kemerdekaan mereka dari Allah, semua keturunan dari orang tua pertama kita telah membenci pernyataan Allah tentang kedaulatan-Nya atas waktu. Kita mengira waktu adalah milik kita, untuk digunakan sesuka kita, dan kita tidak menghormati kuasa Sang Kekal atas yang sementara.

(dari buku "Merayakan Sabat" [Surabaya: Momentum])