Cinta akan kehormatan membuat kita gelisah, letih lesu. Itulah yang membuat kehidupan orang yang selalu berjuang demi kehormatan itu menjadi begitu menyedihkan.
Ia selalu kuatir kalau-kalau ia tidak akan dipandang atau diperhatikan, kalau-kalau ia gagal membuat hal yang mengesankan, gagal meraih keberhasilan dan di atas segalanya gagal maju. Kegelisahan yang sedikit banyak ia sadari itu memenuhi jiwanya sepanjang waktu.
Orang yang memiliki keberanian untuk direndahkan dan tidak diperhatikan, bebas dari kekuatiran yang menggerogoti tersebut. Ia benar-benar mengalami ketenangan yang telah Yesus janjikan bagi orang yang lemah lembut. Ia menemukan ketenangan di dalam kenyataan bahwa orang tidak menganggap dia lebih tinggi dari apa adanya.
Biasanya orang memang suka salah anggap. Ia menyadarinya karena ia telah memiliki keberanian untuk memandang dirinya di bawah terang yang benar. Ia sering merasa sedih bila menyadari bahwa orang telah menaksir dia lebih tinggi sehingga mau berharap lebih dari dari dia.
Karena itu, ia akan mengalami ketenangan dan sukacita yang luar biasa bila orang tidak menganggap dia lebih dari apa adanya, dan dengan demikian ia juga boleh segera menyadari akan kenyataan bahwa ia memiliki kesanggupan yang lebih dari apa yang diduga orang.
bersambung...
(dari buku "Di Bawah Naungan Sayap-Nya" [Jakarta: Gunung Mulia])