Pentingnya salib bagi kekristenan belum pernah diragukan oleh orang-orang yang mempelajari Perjanjian Baru dengan serius. Semua kitab Injil meninggikan salib dan menemukan klimaksnya di salib. Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana para pengkhotbah yang mula-mula memproklamasikan apa yang telah Allah lakukan di dalam salib Kristus, sementara surat-surat para rasul setidaknya menekankan arti dari tindakan penebusan dosa yang agung ini. Selama berabad-abad pikiran yang teragung di gereja telah mengalihkan perhatian mereka kepada apa yang telah Allah lakukan di dalam salib dan telah menuliskan ulasan-ulasan mereka yang sangat dalam mengenai hal itu, sementara di tingkat lain ibadah orang-orang percaya yang sangat saleh dan rendah hati telah berpusat pada salib.
Baptisan mereka telah dilakukan dalam kematian Kristus (Roma 6:3), dan sakramen Perjamuan Kudus mereka merupakan ibadah di mana setiap kali mereka makan roti dan minum dari cawan, mereka memberitakan kematian Tuhan sampai Dia datang kembali (1 Kor. 11:26). Di kelas-kelas atau ruang-ruang kuliah maupun di mimbar-mimbar, salib telah menjadi pusat. Sungguh demikian pentingnya salib, sehingga fakta ini telah mendapatkan tempat khusus dalam pemikiran kita. Setiap kali kita berkata "Hal yang sangat penting adalah ...." atau "hal yang paling pokok dari persoalan itu adalah ....", sebenarnya kita sedang berkata "sebagaimana salib merupakan pusat kekristenan, maka masalah ini menjadi pusat bagi uraian dan penjelasan saya", karena 'crux' (kata Inggris yang berarti 'hal yang terpenting') adalah kata Latin untuk 'salib'. 'Cross', dan 'crucial' berasal dari kata itu. Pertanyaan besar bagi orang-orang Kristen adalah 'bagaimanakah kematian Yesus menyelamatkan kita?"
(dari buku "Salib Yesus" [Malang: SAAT, 2000])