Tentu saja, suatu kesadaran akan perintah Kristus memotivasi setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh. Yesus memerintahkan kita untuk pergi dan memuridkan orang-orang dari berbagai kelompok suku di dunia dalam Matius 28:18-20. Tetapi bukankah kita telah selesai mengerjakannya sekarang? Bukankah kita telah memenangkan orang-orang bagi Kristus, melatih murid-murid, dan mendirikan gereja-gereja di segala bangsa dalam 2000 tahun terakhir ini?
Kita sering berpikir bahwa perintah untuk memberitakan Injil kepada setiap bangsa ini, seolah-olah batas geopolitis dalam peta dunia kita adalah apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Dalam versi asli bahasa Yunani tentang Amanat Agung, perintah Yesus untuk menjadikan murid-murid adalah 'panta ta ethne'. 'Panta' adalah kata yang artinya 'semua'. 'Ta' adalah artikel definit (seperti 'the' dalam bahasa Inggris) dan 'ethne' adalah kata yang kita terjemahkan menjadi 'bangsa-bangsa'; kata 'etnik' sangat jelas terkandung dalam kata ini.
Kata ini muncul berulangkali dalam PB dan karena Alkitab kita biasanya menerjemahkan kata ini sebagai bangsa-bangsa, banyak orang mengasumsikan bahwa Allah memandang ke bawah dari sorga dan melihat garis-garis batas hitam tebal di sekeliling bidang-bidang tanah yang luas di benua-benua yang ada di bumi. Meskipun tentu saja ini adalah penggambaran yang berlebihan, banyak strategi dan prioritas misi yang tidak merefleksikan penekanan Yesus ketika kita Dia berbicara mengenai Amanat Agung kepada kelompok-kelompok suku dan bahasa (etnolinguistik).
(dari buku M. David Sills, "Panggilan Misi", [Surabaya: Momentum, 2011])