Kamis, 08 Agustus 2013

W S Lasor (dkk): Teologi Kitab Yunus (1)

Konsep Allah:

Tentu saja Allah Yunus adalah Tuhan Allah Israel. Tampaknya Yunus termasuk salah seorang yang percaya bahwa Allah terbatas pada tanah tempat tinggal umatNya, karena ia berusaha untuk pergi 'jauh dari hadapan TUHAN' (Yun. 1:3) dengan melarikan diri ke Tarsis. Namun, ia masih percaya, Allah adalah 'Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan' (Yun. 1:9). Ia mengakui adanya hubungan antara ketidaktaatannya dengan badai yang besar itu dan ia juga percaya apabila ia dicampakkan ke laut, maka badai itu akan reda (1:12).

Ia percaya Allah mendengar dan menjawab doanya (2:2, 6) sehingga ia kembali kepadaNya pada saat ia putus asa (2:7). Yunus juga mengetahui Allah adalah Allah 'Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia' (4:2) dan ia percaya Allah akan memperlihatkan anugerahNya kepada orang Niniwe jika mereka bertobat (3:10; 4:2a).

Beberapa ahli menganggap konsep mengenai Allah dalam kitab Yunus terlalu maju untuk masa sebelum pembuangan sehingga mereka menggolongkan kitab Yunus dengan kitab-kitab yang ditulis sesudah pembuangan, biasanya pada sekitar abad ke 4 SM. Tetapi anggapan ini tidak mempertimbangkan beberapa unsur dalam cerita ini.

Sebelum abad ke 4 SM, Asyur dan Niniwe sudah lama tidak ada lagi (Niniwe jatuh pada tahun 612 SM) dan tidak ada orang Israel yang akan memperlihatkan kebencian terhadap Niniwe seperti yang diperlihatkan oleh Yunus karena pada saat itu ada musuh lebih dekat dan lebih kuat. Lagi pula, sangatlah tidak mungkin, seorang Yahudi pada masa sesudah pembuangan masih tetap berpikir bahwa ia dapat melarikan diri dari hadirat Allah. Tentu saja salah satu pelajaran yang penting pada masa pembuangan adalah bahwa Allah tidak hanya terbatas di Palestina. Tidak ada sesuatu dalam Kitab Yunus kecuali mungkin satu hal yang akan segera diuraikan yang tidak dapat ditemukan dalam kitab-kitab yang ditulis sebelum pembuangan.

(dari buku "Pengantar Perjanjian Lama 2" [Jakarta: Gunung Mulia, 2000])