Ketiga, murka Allah adalah murka yang abadi. Tidak ada akhir dari murka Allah yang diarahkan pada mereka yang berada di neraka. Jika kita mempunyai belas kasihan untuk seorang sahabat kita, kita akan meratap ketika kita memikirkan setiap mereka yang jatuh ke dalam lubang neraka. Kita tidak mungkin tahan mendengar teriakan mereka yang terkutuk selama lima menit. Terbuka sejenak melihat kegeraman Allah yang melebihi apa yang bisa kita tanggung. Menatapnya selama-lamanya terlalu mengerikan untuk dipertimbangkan. Kita tidak ingin dibangunkan dengan khotbah seperti ini. Kita merindukan tidur yang penuh dengan kebahagiaan, yaitu ketenangan tidur yang sentosa.
Yang menjadi tragedi bagi kita adalah bahwa walaupun ada peringatan yang jelas dari Alkitab, dan ajaran Yesus yang sederhana tentang masalah ini, kita terus berada dalam ketenteraman di Zion berkenaan dengan penghakiman yang akan datang atas orang-orang jahat...Allah bisa dipercaya, [dan] kita harus menghadapi kebenaran yang mengerikan bahwa suatu hari nanti murkaNya yang dahsyat akan dicurahkan.
Edwards mengamati: "Hampir setiap manusia biasa yang mendengar tentang neraka, memuji-muji dirinya sendiri sehingga ia luput dari padanya; ia tergantung pada dirinya sendiri untuk keamanannya sendiri; ia memuji-muji dirinya sendiri dalam apa yang telah ia lakukan, dalam apa yang sekarang sedang ia lakukan, atau apa yang hendak ia lakukan. Setiap orang mereka-reka dalam benaknya sendiri bagaimana ia akan menghindari kemarahan,dan memuji-muji dirinya sendiri sehingga ia mempunyai rencana yang baik bagi dirinya sendiri, dan bahwa rencananya tidak akan gagal".
(dari buku "Kekudusan Allah" [Batam: Gospel Press])