Musik Schubert selalu terdengar indah. Keindahan suara itu esensial baginya. Ia belajar menulis musik orkestra melalui bermain dalam orkestra. Ia mampu membuat alat-alat musik bernyanyi. Komponis idealnya adalah Mozart dan selama berbulan-bulan terakhir hidupnya Schuber mempelajari Handel. Suatu kali setelah mendengarkan musik Mozart, Schubert menulis dalam sepucuk surat, "Saat-saat yang membahagiakan melepaskan kesusahan hidup. Di sorga sana saat-saat yang bersinar-sinar ini akan berubah menjadi sukacita yang abadi".
Sepanjang tahun-tahun terakhir hidupnya, Schubert menaruh minat yang diperbarui dalam musik gereja, yang senantiasa menggugah hatinya secara mendalam. Franz Schubert merupakan seorang yang menerima prinsip-prinsip reiligius dan dogma-dogma yang keras. Meskipun perjuangan mewarnai hidupnya, imannya tidak pernah goyah, dan hal itu memperindah sebagian dari komposisinya yang paling berbobot.
Schubert mengalami masa-masa manakala ia terobsesi dengan hidupnya yang kelihatannya gagal. Namun bahkan dalam musik tragis yang diciptakan pada masa akhir hidupnya, tak ada nada-nada kepahitan di dalamnya, hanya kesedihan yang semakin muram sehingga membuat banyak musiknya tampaknya begitu pedih. Schubert meninggal pada usia 31 tahun karena tifus, dan permintaannya agar dikuburkan bersebelahan dengan Beethoven dikabulkan.
(dari buku "Karunia Musik" [Surabaya: Momentum])