Pertama, guru sebagai pendidik.
Adalah celaka jika kita mau mendirikan sekolah, yang lebih dahulu dipikirkan adalah gedungnya tetapi kemudian tidak mempunyai guru atau dosen yang baik. Celakalah kalau sekolah mempunyai fasilitas yang terbaik tetapi guru-gurunya bermutu rendah. Jadi yang terutama adalah kebutuhan akan guru-guru yang bermutu tinggi. Kalau tidak ada guru yang baik, jangan harap bisa mendirikan pendidikan yang baik. Ini hal yang utama. Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada di bawah situasi...
Guru yang baik akan memberikan perintah atau pun mengajar tidak dengan suara keras, tetapi justru dengan wibawa yang lebih kuat dari suaranya... Alkitab mengajarkan kita untuk memiliki hati berani, yang sadar, dan yang penuh dengan kasih. Berani bukan untuk liar dan penuh kasih bukan untuk "banjir", tetapi berani yang diikat oleh kasih, dan kasih yang diikat oleh kesadaran. Terapkanlah teknik mengajar seperti ini dengan dilandasi satu kesadaran: yaitu anda sedang berhadapan dengan jiwa-jiwa yang berpotensi untuk membangun atau merusak masyarakat dan sekaligus menyadari betapa pentingnya jiwa anak-anak...
Kedua, bahan pendidikan.
Kita juga perlu memperhatikan bahan pengajaran, materi yang akan disalurkan oleh guru kepada murid dan bahan yang akan dipakai oleh guru-guru untuk mendidik jiwa-jiwa yang diserahkan Tuhan untuk kita didik... Jangan kira jika kita mengajar, berkhotbah, bercerita dengan sembarangan, tidak akan berakibat apa-apa bagi kita. Semua itu akan kembali kepada kita dan menuntut tanggung jawab kita atas semua itu. Itu sebabnya, dengan segala kesungguhan saya minta kepada Anda untuk memperbaiki bahan yang anda pakai untuk membangun jiwa manusia. Perbaiki juga cara dan motivasi pelayanan yang Anda nyatakan di hadapan Tuhan...
(dari buku "Arsitek Jiwa 1" [Surabaya: Momentum])