Ketiga, terlalu percaya kepada manusia. Selain karena ambisi yang salah, dan karena konsep doktrin yang salah, kita juga bisa frustrasi karena terlalu percaya kepada manusia. Manusia itu manusia, manusia bukan Allah. Jangan terlalu percaya kepada manusia, biarpun dia bosmu, suamimu, atau istrimu. Dia adalah manusia yang tidak mampu 100 persen melakukan apa yang dia janjikan. Janji yang diucapkan manusia jika tidak dibubuhi dua unsur yaitu kejujuran dan kemampuan, maka janji itu akan menjadi janji kosong.
Keempat, terlalu percaya diri (overconfident). Ini penyakit yang besar. Ketika manusia overconfident, menganggap diri lebih dari seharusnya maka dia memasang suatu jerat untuk hari depannya sendiri... Kalau terlalu percaya diri, pada suatu hari dia akan merugikan dirinya sendiri karena dia memasang sasaran terlalu banyak. Akibatnya, ketika tidak bisa mencapainya, dia akan frustrasi.
Kelima, membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain adalah suatu kecelakaan yang tersembunyi. Sangat tidak baik bila kita membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Dia adalah dia, saya adalah saya dan kamu adalah kamu. Saya bukan kamu, kamu bukan dia, dia bukan saya. Karena saya adalah saya, maka saya harus berpijak kepada anugerah, janji Tuhan, potensi dan semua kemampuan yang ditanam Tuhan di dalam diri saya, untuk saya mengerti dan perkembangkan dan saya harus mempertaruhkan diri saya di dalam diri Tuhan.
(dari buku "Pengudusan Emosi" [Surabaya: Momentum])