Dalam Galatia 3:1-4:31, Paulus menunjukkan argumentasi dogmatisnya yang memperlihatkan bahwa Kekristenan Yudaisme atau Kekristenan menurut Taurat lebih rendah dari doktrin iman.
Pertama, jemaat Galatia tidak menjadi Kristen karena Taurat tetapi Roh. Kembali kepada Taurat hanya membuktikan kesia-siaan pikiran mereka saja (3:1-5).
Kedua, Berkat Abraham diterima melalui iman bukan Taurat (3:6-9).
Ketiga, Taurat hanya dapat menjatuhkan kutukan, tetapi Kristus telah menebus kita dengan jalan menjadi kutuk bagi kita (3:10-14).
Keempat, Bagi merka yang membantah rujukan kepada janji Abraham karena hal ini diberikan sebelum Taurat sehingga tidak sah, Paulus menunjukkan bahwa Injil janji Allah tidak pernah dibatalkan oleh Taurat, karena janji mengandung keabsahan ilahi (3:15-18).
Kelima, hal ini tidak bearti Taurat tidak berguna, tetapi kegunaannya sebatas mempersiapkan jalan bagi Kristus (3:19-29).
Keenam, ini berarti perhambaan di bawah Kristus harus berakhir karena tanggung jawab keanakan yang jauh leih tinggi telah tercapai. JIka Taurat memperhamba, maka oleh iman kita telah menjadi anak dan ahli waris (4:1-7).
Ketujuh, argumentasi doktrinal telah berakhir tetapi Paulus melanjutkan dengan seruan pribadi. Ia menunjukkan miskin dan kosongnya ritualisme bagi emreka yang telah mengenal Allah (dicontohkan oleh pemeliharaan hari dan masa-masa tertentu, 4:8-11) dan melukiskan dekat dan indahnya relasi yang pernah ada di antara jemaat dan dirinya tetapi yang sekarang digantikan oleh kesedihan karena mereka (4:12-20).
Kedelapan, ia juga mendukung argumentasi theologisnya dengan alegori alkitabiah (Sara dan Hagar) untuk mengontraskan kemerdekaan Kristen dengan perbudakan hukum (4:21-31).
(dari buku "Pengantar Perjanjian Baru 2" [Surabaya: Momentum, 2009])