Sabtu, 29 Juni 2013

Robert Alden: 4 Binatang Bijaksana (Tafsiran Amsal 30:24-28)

Amsal 30:24-28: "Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja".

Bagian ini memperkenalkan kita kepada empat makhluk dalam dunia yang kecil tetapi bijaksana. Pertama adalah semut yang mempunyai sedikit kekuatan tetapi mempunyai pandangan yang jauh dengan mengumpulkan makanan untuk musim dingin. Pelajaran untuk kita sangat jelas. Bandingkan 6:6-8.

Binatang kedua adalah sejenis marmut. Binatang ini terkenal dengan kemampuannya membuat sarang di tempat yang tidak mudah didiami, yaitu antara batu karang. Mungkin pelajaran di sini ialah kita harus menerima segala keadaan bahkan keadaan buruk atau sukar sekalipun.

Belalang yang tidak mempunyai raja adalah hewan ketiga yang dipuji di sini. Meskipun tidak mempunyai raja, mereka dapat memobilisasi diri, berbaris dengan teratur dan menaklukkan. Ilustrasi hewan ini mengajar bahwa kesatuan dan hidup dengan harmoni dapat diperoleh kalau setiap anggota dari sekelompok masyarakat mau bekerja untuk kepentingan semua orang dan bukan merugikan orang lain atau memikirkan keuntungan diri sendiri.

Hewan keempat adalah cicak yang dapat ditangkap dengan tangan tetapi dengan mudah dapat mencari jalan istana-istana raja. Hewan ini tanpa menyogok atau cara-cara licik, masuk ke dalam ruangan-ruangan yang kita masuki bahkan dengan banyak usaha dalam hidup kita. Mungkin guru hikmat menekankan di sini bahwa kerendahan hati dan kejujuran akan menerima berkat sedangkan kehidupan yang mencari status atau berusaha mendapat kedudukan sosial yang lebih tinggi seringkali akan gagal. Pekerjaan cicak adalah sangat rendah tetapi memberikan berkat yang besar kepada manusia: mereka memakan serangga [juga nyamuk].

(dari buku "Tafsiran Praktis Kitab Amsal" [Malang: Literatur SAAT, 2002])