Paulus memakai 'ekklesia' untuk menyebut 'totalitas gereja', tanpa memandang ketersebarannya di berbagai tempat, dan untuk menyebut 'gereja lokal' atau bahkan gereja rumah (untuk pemakaian terakhir ini, lihat Rm 16:5; 1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm 2). Pemakaian 'ekklesia' untuk menyebut totalitas gereja khususnya tercatat di Efesus dan Kolose (bdk. Ef 1:22; 3:10, 21; 5:23-32; Kol. 1:18, 24, meski di sana ekklesia juga dipakai untuk menyebut gereja lokal dan gereja rumah [Kol. 4:15-16]).
Dalam surat-surat lain, ekklesia umumnya berarti gereja lokal. Biasanya ekklesisa diterjemahkan sebagai 'gereja' (LAI: 'jemaat') dan terkadang juga sebagai 'gereja Allah' (LAI: jemaat Allah) (bdk. 1 Tes. 2:14; 1 Tim. 3:5 dan 1 Kor. 1:2 dan 2 Kor. 1:1). Ada pula ayat-ayat di luar Efesus dan Kolose di mana Paulus berbicara tentang ekklesia sebagai satu kesatuan baik sebagai gereja ALlah (1 Kor. 10:32; 11:22; 15:9; Gal. 1:13; 1 Tim. 3:15) atau sekadar sebagai gereja (1 Kor. 12:28; Flp. 3:6).
Sebagian theolog berusaha menunjukkan bahwa ayat-ayat di atas berbicara tentang gereja lokal (kecuali Kolose dan Efesus). Cerfaux misalnya, menjelaskan bahwa 'ekklesia tou Theou' aslinya menunjuk kepada gereja di Yerusalem dan saat di 1 Korintus 15:9; Galatia 1:13; dan Filipi 3:6 Paulus mencatat penganiayaannya terhadap gereja [jemaat] Allah, ia tidak menunjuk kepada gereja secara umum, tetapi hanya gereja Yerusalem.
Dikatakan pula bahwa tidak ada alasan untuk menganggap 1 Korintus 10:32 dan 11:22 menunjuk kepada gereja secara umum, karena yang dimaksudkan di sana juga pertemuan jemaat lokal. Paulus lalu mentransfer sebutan yang mulanya dipakai untuk menunjuk gereja Yerusalem ini kepada gereja Korintus untuk secara jelas memperhatikan kewajiban mereka. Jadi dalam pengertian ini, 1 Korintus 1:2 dan 2 Korintus 1:1 dilihat membicarakan gereja lokal.
Menurut saya, ada alasan yang baik untuk meengaskan bahwa selain merujuk gereja lokal dan universal, Paulus memakai ekklesia untuk merujuk kepada pertemuan jemaat (bdk. 1 Kor. 11:18; 14:19,28, 34-35).
(dari Herman Ridderbos,"Paulus: Pemikiran Utama Theologinya" [Surabaya: Momentum, 2008])