Berdasarkan argumentasi yang disampaikan sebelumnya, Paulus menguraikan sifat sejati kemerdekaan Kristen:
Pertama, kemerdekaan ini terpisah dari sunat dan dari Yudaisme (5:1-6).
Kedua, mereka yang telah menyesatkan jemaat ditegur dengan keras (5:7-12).
Ketiga, kemerdekaan jangan disamakan dengan bertindak semaunya, yang tidak akan terjadi jika kasih diizinkan untuk memimpin (5:13-15).
Keempat, superioritas kemerdekaan Roh dibandingkan dengan kemerdekaan daging dinyatakan dengan kuat dengan membandingkan hasilnya. Pemikiran yang rohani akan hidup oleh Roh (5:16-26).
Kelima, kemerdekaan rohani akan menghasilkan sikap peduli (6:1-15) dan kemurahan hati, khususnya terhadap saudara seiman dengan mengingat bahwa kita pada waktunya nanti akan menuai apa yang kita tabur hari ini (6:6-10).
(dari buku "Pengantar Perjanjian Baru 2" [Surabaya: Momentum, 2009])