Kamis, 06 Juni 2013

John Frame: Dasar Apologetika (2)

Kedua, apologetika sebagai pembelaan: menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Paulus menggambarkan misinya sebagai 'pembelaan dan penegasan Injil' (Flp. 1:7, bdk.ayat 16). "Penegasan" dapat mengacu pada nomor 1 di atas, tetapi 'pembelaan' secara lebih khusus berfokus pada pemberian jawaban terhadap keberatan-keberatan. Banyak dari tulisan Paulus termasuk apologetika dalam pengertian ini. Ingat berapa kali ia menanggapi penentang imaginer (ataupun yang nyata) dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Ingat betapa seringnya Yesus menangani keberatan-keberatan dari para pemimpin agama dalam Injil Yohanes.

Ketiga, apologetika sebagai penyerangan. Menyerang kebodohan (Mzm. 14:1; 1 Kor. 1:18-2:16) dari pikiran yang tidak percaya. Mempertimbangkan kepentingan dari nomor 2 di atas, tidaklah mengejutkan jika beberapa orang mendefinisikan apologetika sebagai pembelaan terhadap iman. Tetapi definisi tersebut dapat menyesatkan. Tuhan tidak hanya memanggil umatNya untuk menjawab keberatan-keberatan dari mereka yang tidak percaya, tetapi juga melanjutkannya dengan serangan terhadap kepalsuan. Paulus mengatakan: "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah, dan kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Kor. 10:5). Pemikiran non-Kristen adalah 'kebodohan' menurut Alkitab (1 Kor. 1:18-2:16; 3:18-23), dan satu fungsi apologetika adalah untuk menyatakan kebodohan itu sebagaimana adanya.

Secara perspektif, ketiga jenis apologetika ini berhubungan. Dapat dikatakan jika salah satu dikerjakan secara benar dan lengkap, akan mencakup dua aspek lainnya. Jadi masing-masing merupakan sebuah cara untuk melihat (sebuah perspektif atau sudut pandang) keutuhan dari berapologetika.

(dari buku "Apologetika bagi Kemuliaan Allah" [Surabaya: Momentum, 2000]).