Bukankah dikatakan, "Hanya mereka yang akan binasa, mereka yang ada di luar Kristus, yang perlu takut akan Allah?" Jawaban yang tepat untuk itu adalah bahwa mereka yang selamat, mereka yang ada di dalam Kristus, dinasihatkan untuk mengerjakan keselamatan mereka sendiri dengan takut dan gentar.
Pernah ada masa di mana sudah lazim menyebut orang percaya sebagai 'orang yang takut akan Allah' (God-fearing man) - dan hilangnya sebutan itu merupakan sebuah petunjuk tentang betapa jauh kita telah menyimpang. Bagaimanapun, ini menggenapi ungkapan "seperti Bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia" (Mzm. 103:13).
Istilah takut akan Allah yang kami maksudkan itu jelas bukan mengacu pada suatu ketakutan yang dirasakan seorang budak, suatu perasaan takut seperti yang dialami oleh orang-orang kafir terhadap para dewa mereka. Bukan itu.
Yang kami maksudkan adalah roh yang telah direncanakan TUHAN untuk dianugerahkan kepada kita suatu roh yang dimaksud oleh nabi Yesaya dalam nubuatnya yang berbunyi "Kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firmanKu" (Yes. 66:2).
Inilah juga yang dimaksud oleh Rasul [Petrus] ketika ia berkata "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (1 Ptr. 2:17). Tak satupun yang dapat menumbuhkan rasa takut akan Allah selain suatu pengakuan atas kemuliaan Allah yang berdaulat.
(dari buku "Kedaulatan Allah")