Saya berpendapat bahwa Paulus mempunyai alasan dan menjelaskannya seperti demikian [lihat "Menghadapi Depresi Rohani (1)]. Dia telah menghadapi kondisi dan keadaan dalam terang kebenaran dan Injil Kristus dan telah melalui langkah-langkah dan tingkatan-tingkatan ini. Setelah menyelesaikan, dia berkata: "Biarkan segala sesuatu yang dapat kamu pikirkan terjadi padaku, aku tetap seperti yang dulu. Apapun yang mungkin masih terjadi padaku, aku tetap tidak bergeming".
Prinsip besar yang tampak jelas ialah Paulus telah belajar menemukan kesukaan dan kepuasannya di dalam Kristus dan selalu di dalam Kristus. Itulah aspek yang pasti dari peristiwa ini. Kita harus belajar bergantung pada Dia dan agar kita dapat melakukan hal tersebut kita harus belajar mengenal Dia, belajar memiliki persekutuan dengan Dia dan belajar menemukan kesukaan kita di dalam Dia.
Saya akan mengemukakannya secara gamblang: bahaya dari beberapa kita ialah menghabiskan begitu banyak waktu hanya membaca tentang Dia. Harinya akan datang dan memang demikian pada saat kita tidak mampu membaca. Kemudian datanglah ujian. Akankah anda tetap senang? Apakah anda mengenal Dia begitu baik sehingga meskipun anda menjadi tuli atau buta, sumber ini masih tetap terbuka? Apakah anda mengenal Dia begitu baik sehingga anda dapat bercakap-cakap dengan Dia, mendengarkan Dia dan selalu menikmati Dia? Akankah semuanya baik-baik saja karena Anda begitu tergantung pada persekutuan Anda dengan Dia sehingga hal-hal lain tidak merupakan masalah? Itulah keadaan yang dialami rasul Paulus. Keintimannya dengan Kristus begitu mendalam dam besar sehingga dia tidak tergantung pada hal yang lain.
(dari buku "Buluh Yang Terkulai: Penyebab dan Terapi Depresi Rohani" [Jakarta: Perkantas])