Senin, 14 Oktober 2013

Memarahi Anak (2)

Ams 13:24: "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."

Kalau kita tidak memarahi anak-anak kita yang hidup tidak benar berarti kita membenci mereka dan menginginkan kehancuran hidup mereka. Mengapa demikian? Sebab, tanpa teguran orang tua sebagai wakil Allah, anak-anak berjalan tanpa kebenaran dan hidup liar di tangan setan.

Bila kita mengasihi anak-anak kita, seharusnya kita mendidik, menegur bahkan menghajarnya. Meskipun demikian, firman Tuhan dalam Amsal ini memberikan 2 batasan yang penting. Pertama, kita menghajar anak dengan motivasi mengasihi dia, bukan membenci apalagi mau mencelakakan. Dengan hati yang penuh kasih, meskipun berat, kita menegur dan mendidik dia.

Kedua, hajaran kepada anak dibatasi oleh keadilan Allah. Hal inilah yang dimaksudkan dengan kata "pada waktunya". Artinya, bila ia tidak salah jangan dihajar. Ia hanya dihajar karena memang sudah waktunya dihajar. Selain itu, hal ini juga berarti, tidak setiap kesalahan langsung dihajar. Kita perlu mendidik secara gradual: mulai dari pembicaraan baik-baik, suara lebih keras sampai terakhir hukuman fisik yang terbatas dan mendidik.

Hukuman fisik yang dilakukan tanpa cinta kasih dan bijaksana dari Tuhan, akan mendatangkan dendam kepada anak yang mengakibatkan ia membenci orang tua, minder dan bisa saja membalaskannya pada anak-anaknya kelak.