Akuilah Allah dalam segala lakumu. Kita bukan saja wajib percaya dalam pertimbangan kita, bahwa ada tangan Allah yang berkuasa mengatur dan menempatkan kita beserta segenap urusan kita, tetapi juga harus mengakui dan melayangkannya kepada Allah dengan segala kesungguhan hati. Kita harus meminta izin dariNya dan tidak merencanakan sesuatu selain dari yang kita yakini diperbolehkan. Kita harus meminta nasehat dan memohon bimbinganNya, bukan hanya ketika sedang menghadapi perkara yang sulit saja (yaitu ketika kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan dan harus melayangkan pandangan kita ke arahNya), tetapi juga dalam segala hal, semudah apapun perkara itu.
Kita tetap harus mendoakannya kepada Allah mohon keberhasilan, karena kita tahu bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat. Kita harus memandangNya sebagai sumber dari segala pertimbangan kita, dan menantikan imbalan dariNya dengan sabar dan keberserahan yang kudus. Dalam segala laku kita yang kudus, mudah dan menyenangkan, yang memberi kita kepuasan, kita harus mengakui Allah dengan segenap rasa syukur.
Dalam segala laku kita yang menyakitkan dan menyulitkan, yaitu jalan yang dipagari dengan duri-duri, kita harus mengakui Allah dengan tunduk dan berserah diri. Mata kita harus selalu tertuju kepada Allah. Kepada Dialah kita harus menyatakan segala permintaan kita, dalam hal apapun sebagaimana Yefta membawa seluruh perkaranya ke hadapan TUHAN, di Mizpa (Hak. 11:11). Untuk mendorong kita supaya berlaku demikian, di sini dijanjikan bahwa "Ia akan meluruskan jalanmu, sehingga jalanmu akan berakhir dengan baik dan aman, dan perkaramu berakhir menyenangkan".
Perhatikanlah, orang-orang yang menempatkan diri mereka di bawah bimbingan ilahi akan selalu mendapatkan keuntungan darinya. Allah akan memberi mereka hikmat yang bermanfaat untuk membimbing sehingga mereka tidak akan menyimpang ke dalam dosa, dan akan mengatur segala sesuatu sedemikian bijaknya sehingga hal itu mendatangkan kebaikan bagi mereka. Orang-orang yang setia mengikuti tiang awan dan api akan mendapati bahwa tiang-tiang itu menunjukkan jalan yang benar dan pada akhirnya akan membawa mereka ke tanah Kanaan, sekalipun pada mulanya mereka dibawa berkeliling.
(dari "Tafsiran Kitab Amsal" [Surabaya: Momentum])