Pertama, Tuhan selalu menepati janjiNya - kalau masa penghukuman orang-orang Yahudi sudah genap, maka Tuhan memungkinkan mereka dapat pulang dari tempat pembuangan (Ez 1:1). Hukuman Tuhan mempunyai tujuan mendidik - apabila tujuan itu sudah tercapai anak-anak Tuhan akan dilepaskan dari hukuman/pencobaan.
Kedua, pekerjaan Tuhan yang terpenting senantiasa mendapat perlawanan paling keras, tetapi kalau hamba-hamba Tuhan menghadapi perlawanan itu dengan ketegasan, mereka pasti sanggup mengatasinya. Iblis terus-menerus berusaha untuk menghalangi pekerjaan Tuhan tetapi di dalam Kristus hamba-hamba Tuhan lebih berkuasa dan harus melawannya dengan doa dan iman sampai menang.
Ketiga, kita harus belajar dari kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa dahulu kala, jangan seperti orang Yahudi yang belum lama kembali dari masa pembuangan, telah jatuh lagi ke dalam dosa yang sama yang menyebabkan masa pembuangan itu.
Keempat, anak-anak Tuhan harus bersikap rela untuk bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan, masing-masing dengan tugasnya sendiri, tetapi semua menuju kepada tujuan menyelesaikan pekerjaan itu dengan selekas-lekasnya dan sebaik-baiknya.
Kelima, seorang pemimpin umat Allah tidak boleh menganggap dirinya lebih benar dari pada orang yang dipimpinnya. Kalau mereka berbuat salah, dialah yang harus bertanggung jawab atas mereka dan tidak boleh mengecualikan dirinya dalam mengakui dosa umat itu di hadapan Allah. Sebaliknya seperti Ezra, dia harus memimpin mereka dalam pengakuan dosa dan permohonan pengampunan (bdk Ez 9).
Keenam, seperti Nehemia, seorang hamba Tuhan yang ingin berhasil harus bersandar pada iman [bersandar pada Tuhan melalui iman], berdoa dan tekun dalam pekerjaannya, dan juga harus tahu bagaimana membangun rasa tanggung jawab di dalam orang lain yang dapat diserahi bagian dalam pekerjaan Tuhan.
(dari buku "Pembimbing pada Pengenalan Perjanjian Lama")