Rabu, 13 Maret 2013

J I Packer: Uang: Kawan atau Lawan?

Bagaimana menggunakan harta karun?

Apakah saya harus minta maaf karena meninggikan harkat uang dengan memakai istilah 'harta karun' padahal istilah itu mengimplikasikan sesuatu yang bernilai sangat tinggi; walaupun saya tahu bahwa saya dan mungkin juga pembaca tidak tergolong orang-orang terkaya di dunia. Tidak perlu. Seseorang tidak harus mempunyai banyak uang untuk memujanya sebagai kesayanganku, seperti dalam nyanyian Jelly-Roll Morton, "semakin banyak kumiliki, semakin banyak kuingini; kupanggil Dokter Jazz dalam mimpiku". Sejumlah kecil uang dapat lebih efektif dari pada sejumlah besar uang untuk menarik hati dan membentuk impian serta merencanakan bagaimana memperoleh lebih banyak lagi.

Dalam buku 'Money, Possessions and Eternity', Randy Alcorn mengutip deskripsi Cyprian, "Harta mereka membelenggu mereka... membelenggu keberanian, mencekik iman, menghambat penilaian dan memberangus jiwa. Mereka menganggap diri pemilik padahal justru mereka yang dimiliki dan diperbudak oleh harta mereka; mereka bukan tuan atas uang mereka tetapi budak".

Alcorn menulis kesaksian John Wesley yang menasehati para pengkhotbah dan warga masyarakat sebagai berikut "raihlah semua yang kamu bisa, berilah semua yang kamu bisa. Uang tidak pernah lama bersamaku karena ia akan membakarku. Kulemparkan dari tanganku secepat aku bisa agar jangan sampai ia memperoleh jalan masuk ke dalam hatiku". Kemustahilan yang Yesus katakan dalam Matius 6:24 - yaitu melayani Tuhan dan mamon - menjadi jelas dalam perkataan tadi. Menolak melayani uang harus menjadi bagian penting dalam gaya hidup Kristen, seperti dinyatakan dalam Matius 6:9-12 dan 1 Timotius 6:17-19.

Intinya sederhana: uang bertujuan untuk diberikan dan digunakan demi kebaikan. Uang bukan untuk dicintai dan ditumpuk; sebaliknya untuk dikelola demi melayani Tuhan dan sesama. Umat Kristen seharusnya menghemat bukan mengonsumsi berlebihan. Jika itu berarti seorang Kristen tidak dapat hidup sama seperti orang-orang terkaya di dunia, tak jadi masalah. Masih banyak hal lebih penting yang dapat dilakukan. Dalam era pasca Kristen  di dunia barat saat ini, gaya hidup Kristen sejati - yang seimbang dalam kerja dan waktu luang, ibadah dan kesaksian, penyangkalan diri dan penyerahan diri bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama - terlihat seperti melawan kebudayaan dan mencari-cari kesalahan.

Hal ini terjadi juga dalam era pra Kristen, yaitu pada abad pertama kebudayaan kafir Romawi-Yunani dan pada masa pra-penginjilan di Inggris, yaitu pada masa kaum Puritan berusaha mempertobatkan negara itu sehingga mereka tidak disukai. Kekristenan yang konsisten seringkali tidak disukai, dan kita harus siap menghadapi hal itu karena di dunia Barat saat ini kekristenan semakin tidak populer. Tetapi Yesus telah berkata, "hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya" (Mat. 11:19). Motto pertama yang pernah saya pelajari aalah "menjadi benar dan bertahan". Motto itu masih terus berlaku bagi semua yang ingin menghormati Tuhan dengan hidupnya saat ini.

(dari buku "Allah dan Kebudayaan")