Sikap murah hati seharusnya menjadi konsekuensi logis dari sikap menerima Kristus dan menikmati anugerah Allah. Jika kita tidak bersikap murah hati, berarti kita belum menerima kemurahan Kristus, dan karenanya juga tidak layak untuk berharap akan mendapat kemurahan pada hari penghakiman kelak.
Ilustrasi terbaik dari arti kemurahan hati terdapat dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:30-37). Pada akhir perumpamaanNya, Tuhan Yesus bertanya kepada orang banyak yang mendengarkanNya, yang manakah dari antara ketiga orang yang lewat tersebut (seorang imam, seorang lewi dan seorang Samaria) yang menjadi sesama bagi orang yang telah dirampok itu. Seorang ahli Taurat menjawab, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya" (Luk. 10:37). Ilustrasi tentang orang Samaria tersebut menunjukkan makna dari istilah kemurahan hati.
Ketiadaan sifat murah hati ini menjadi tanda bagi orang yang mengkhianati Tuhan Yesus. Yudas tepat seperti yang digambarkan dalam Amsal 21:13: "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban kalau ia sendiri berseru-seru". Yudah tidak murah hati, ia juga tidak mendapatkan kemurahan hati.
Menunjukkan kemurahan kepada orang yang lemah dan miskin meurpakan batu ujian sekaligus bukti sah dari suatu perubahan yang nyata menuju Kristus. Tanpa kemurahan kita bukanlah milik Kristus dan Ia akan berkata kepada kita (tidak berduli apa yang telah kita capai), "Aku tidak pernah mengenal kamu, Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan" (Mat. 7:23).
(dari buku "Khotbah di Bukit")