Jelaslah Yesaya merasakan panggilan Ilahi membebankan suatu tugas khusus ke atas bahunya (Yes. 6:8-10). Sekalipun ketika ia melihat Tuhan ia merasa tidak layak dan menggambarkan dirinya sebagai "seorang yang najis bibir" (Yes. 6:5), namun ia percaya bahwa Allah telah menguduskannya sebagai persiapan untuk pekerjaannya (Yes. 6:7). Tugasnya sulit dan ia merasa takjub karena sifat dan jangkauannya (Yes. 6:11-13).
Nama yang ia berikan untuk anak-anaknya - Syear Yasyub: 'orang-orang yang tertinggal' dan khususnya nama anak bungsunya Mahser-Syalal Hasy Bas, 'cepat rusak, cepat jadi mangsa' - merupakan petunjuk bagi misinya. Seperti yang akan kita lihat, nama-nama ini sangat erat hubungannya dengan pesan yang diberikan kepada Yesaya pada saat ia dipanggil (Yes. 6:11-13).
Menurut 2 Tawarikh 26:22, Yesaya bin Amos menuliskan riwayat Uzia. Ini memberi kesan bahwa ia menjabat sebagai penulis atau pemelihara catatan sejarah resmi dari raja itu. Kitab Yesaya menunjukkan bahwa Yesaya dengan mudah bergerak dalam lingkungan para pejabat dan dekat kepada raja-raja (Yes. 7:3; 8:2; 36:1-38:8, 21-22 = 2 Raj 18:3-20:19). Kedudukan seperti itu memberi penjelasan yang memuaskan tentang cara bagaimana Yesaya mendapat pengetahuannya tentang masalah-masalah politik dunia pada zamannya.
(dari buku "Pengantar Perjanjian Lama")