Yesus tidak sekedar sedang berbicara mengenai penghentian permusuhan di antara bangsa-bangsa. Dia berbicara mengenai penghentian permusuhan antara manusia dengan Allah. Misi pendamaian semacam inilah yang dilakukannya di dunia.
Implikasi logis dari perkataan Tuhan Yesus tentang para pembawa damai tersebut merupakan suatu pemikiran yang muncul kembali dalam PB: yaitu bahwa penginjilan bukanlah merupakan suatu pilihan - suatu hal yang diharapkan dapat diminati orang. Penginjilan (dalam bentuk apapun) merupakan bagian utuh dari suatu proses menjadi orang Kristen.
Mereka yang membawa damai disebut anak-anak Allah. Karena semua orang Kristen adalah anak Allah maka semua orang Kirstne diharapkan turut berbagian dalam membawa damai kepada orang lain. Itu berarti: hanya bila kita bertanggung jawab ats hidup dan ucapan bibir kita, kita dapat berperan serta dalam mengubahkan orang lain.
Damai adalah juri yang membunyikan peluitnya bagi setiap pelanggaran. Allah telah memanggil kita untuk datang kepada damai. Oleh sebab itu, damai, harmoni, dan keberadaan suatu persekutuan yang indah hendaknya mendapatkan prioritas. Kita selayaknya menomorduakan hal-hal lain (keinginan, kedudukan ataupun hawa nafsu kita) demi adanya shalom di dalam persekutuan kita.
(dari buku "Khotbah di Bukit").