Pertama, bahwa hidup jasmani itu adalah anugerah Tuhan seratus persen. Anak yang dilahirkan itu pasif mutlak. Ia tidak bisa meminta lahir dalam keluarga apapun, zaman kapanpun dan cara bagaimanapun. Jika kita bisa dilahirkan ke dunia, itu adalah anugerah Tuhan secara mutlak. Karena itu, selain bersyukur kepada Tuhan, kita perlu menggumulkan apakah kehendak Allah sehingga kita boleh ada di dunia.
Kedua, karena itu, seorang anak yang lahir tidak boleh diberikan stigma apapun dan tidak boleh dipersalahkan dalam kasus apapun, meski secara dosa keturunan, ia sudah berstatus orang berdosa. Jadi, tidak ada anak haram. Yang ada adalah pernikahan haram. Setiap anak harus diterima dengan syukur.
Ketiga, kelahiran anak jasmani adalah analogi dari kelahiran kembali sebagaimana digambarkan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 3. Setiap kelahiran baik jasmani maupun rohani, bayi yang dilahirkan bersifat pasif mutlak. Ia tidak berjasa apapun dari kandungan sampai kelahiran. Semata-mata anugerah Tuhan.
Keempat, kita sebagai orang tua begitu mencintai anak kita sejak dalam kandungan sampai dilahirkan. Ketika dilahirkan, kita menjaga betul agar jangan sampai tertukar atau terjadi keteledoran dalam perawatannya. Bayangkan perasaan Allah Bapa ketika Anak Tunggal-Nya diserahkan untuk dipaku di atas kayu salib. Istilah "anak" saja sudah menggambarkan cinta kasih apalagi "anak tunggal" yaitu melukiskan totalitas cinta kasih. Setiap kali kita mencium anak kita, kita belajar mengingat penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib dan perasaan Allah Bapa yang merelakan AnakNya diperlakukan seperti binatang bagi kita.