Inilah kalimat yang mencetuskan kasih di tengah-tengah kasih, kalimat yang mencetuskan keheranan di tengah-tengah keheranan. Dalam kepicikan dan kesulitan yang begitu besar, Yesus berkata, "ampunilah mereka". Jikalau Stefanus bisa meneladani Yesus Kristus (Kis. 8:59-60), juga orang-orang agung dalam sejarah kekristenan memakai kalimat ini, adalah karena Kristus sumber dari cinta kasih yang paling murni, mutlak dan tidak berubah.
Kristus memohonkan ampun bagi mereka yang memaku diriNya, yang mengejek, mencambuk dan yang murtad. Ia memohonkan pengampunan bagi mereka yang penyakitnya pernah disembuhkan, yang pernah ditolongNya dari kerasukan setan, tetapi yagn tidak hadir pada saat Ia disalibkan. "Ya Bapa, ampunilah mereka..." Inilah cinta kasih di atas segala cinta, inilah keajaiban di atas segala keajaiban. Inilah keagungan dan kehormatan, kesucian dan kemurnian di atas segala kebajikan yang pernah dinyatakan di dalam dunia ini.
Bandingkanlah perkataan filsuf dan pendiri agama yang lain serta orang-orang yang paling agung di dalam dunia dengan perkataan Kristus ini, maka kita akan melihat bahwa Yesus Kristus jauh lebih tinggi dari siapapun. Jauh lebih tinggi dari segala manusia ataupun malaikat, Dia adalah Allah. Pada waktu diikat, tubuhNya bisa diikat. Waktu Ia dipaku, tubuhNya bisa dipaku, waktu Ia disalibkan, tubuhNya tersalib.
Tetapi cinta kasih yang begitu agung tidak bisa dibatasi oleh paku, cinta kasih Kristus terus keluar. Cinta yang keluar dari sumber cinta itu sendiri adalah cinta yang keluar dari motivasi yang paling murni. Cinta itu sendiri menyatakan cinta! Meskipun manusia membunuh Dia, Kristus tetap mencintai manusia. Meskipun manusia sangat membenci Kristus, Dia tetap mencintai manusia. Meskipun manusia mengutuk Dia, Kristus tetap mencintai manusia.