Jika sisa-sisa dosa yang masih ada dibiarkan tanpa dihambat, jika dosa tidak terus-menerus dimatikan, sisa-sisa dosa ini akan mengakibatkan dosa-dosa yang menguasai hidup dan menjadi batu sandungan yang merusak kehidupan rohani kita.
Setiap kali dosa muncul untuk mencobai atau memikat kita, ia akan membawa kita untuk terus melakukan suatu jenis dosa sampai taraf terburuk, jika dibiarkan tanpa dihambat. Misalnya, setiap pikiran atau pandangan yang sekilas yang kotor akan membawa kita menuju perzinahan jika dimungkinkan. Dosa, seperti halnya kuburan, tidak pernah puas.
Aspek utama kelicikan dosa adalah cara dosa memulai dengan tuntutan-tuntutan kecil. Rayuan dan usulan-usulan pertama dosa selalu begitu sederhana. Jika dosa berhasil dalam rayuan pertamanya, ia akan membuat tuntutan-tuntutan semakin tinggi, sampai taraf seperti Daud: "tampak kepada [Daud] seorang perempuan sedang mandi" yang berakhir dengan perzinahan, rencana jahat dan pembunuhan (lih. 2 Sam. 11:2-7).
Sebagaimana penulis Surat Ibrani memperingatkan kita: janganlah membiarkan diri anda menjadi "tegar hati karena tipu daya dosa" (Ibr. 3:13). Jika dosa berhasil dengan rayuan pertamanya, ia mungkin hanya mengulangi rayuan sebelumnya sampai hati menjadi kurang peka terhadap dosa tersebut dan dipersiapkan untuk ditarik selangkah lebih jauh lagi ke dalam dosa. Hati dikeraskan tanpa benar-benar disadari, sehingga dosa bisa melakukan tuntutan-tuntutan yang lebih besar tanpa membuat hati nurani mulai terganggu.
Dengan cara itu, derajat dan tingkatan dosaakan semakin meninggi dengan membuat tuntutan-tuntutan yang semakin jahat. Satu-satunya hal yang bisa menghambat peningkatan dosa ini adalah dengan terus-menerus mematikannya. Bahkan orang-orang kudus yang paling saleh di dalam dunia ini akan jatuh ke dalam dosa-dosa yang terburuk apabila mereka melalaikan kewajiban ini.