Vincent Taylor, sarjana Methodis Inggris, menjelaskan bahwa darah Kristus hampir tiga kali lebih sering disebutkan dalam Perjanjian Baru dibandingkan dengan salib Kristus, dan lima kali lebih sering dibandingkan dengan kematian Kristus.
Pada abad ini, sebuah pandangan populer yang memandang darah Kristus "bukan merujuk pada kematian-Nya tetapi pada hidup-Nya yang dibebaskan melalui kematian, dan karena itu, bebas digunakan untuk tujuan-tujuan yang baru dan disediakan untuk dimiliki manusia, terutama, menurut sebagian orang, dalam Ekaristi [Perjamuan Kudus]". Pandangan ini telah dihubungkan dengan sarjana-sarjana Perjanjian Baru Inggris seperti Vincent Taylor, CH Dodd, dan BF Westcott. Pada tahun 1950-an, sarjana-sarjana Injili seperti Leon Morris dan Alan Stibbs menentang pandangan ini dan menunjukkan bahwa pandangan lama lebih memiliki pengertian yang benar atas penggunaan kata 'darah' dalam Alkitab.
Setelah meneliti dengan saksama penggunaan kata 'darah' dalam Alkitab, Alan Stibbs menyimpulkan bahwa "darah merupakan sebuah tanda yang kasatmata dari kehidupan yang diakhiri secara kejam; darah merupakan tanda hidup, entah dalam pengertian diserahkan atau diambil dalam kematian". Stibbs berkata bawah "pengertian hidup diserahkan ke atau diambil dari dalam dunia ini adalah esktrim, mencakup hadiah atau harga dan kejahatan atau hukuman. Manusia tidak mengenal makna yang lebih besar dari pada itu".
bersambung...
(dikutip dari Ajith Fernando, "Supremasi Kristus" [Surabaya: Momentum])