"Aku harus membaca Alkitab", katanya kepada penduduk desa di Wales, di gereja Presbiterian Arminia yang dikunjunginya.
"Itu baik, Christmas", jawab mereka, "Tetapi nak, tidak ada satu per tujuh penduduk di daerah ini yang dapat membaca sebuah huruf pun".
Beberapa bulan kemudian, Christmas Evans mengherankan hati teman-temannya karena membaca walaupun dengan terbata-bata sebuah ayat dari kitab suci. Kemudian ia mengatakan, "Allah telah memanggilku untuk berkhotbah" sehingga orang-orang memperbincangkan dia.
Ia mencari-cari pendetanya untuk meminta tolong. "Pak Pendeta, maukah bapak mengajar saya?", ia berkata dengan gagap. Cahaya pengetahuan lebih menyinari mukanya yang berlekuk-lekuk itu.
Pendeta itu setuju dan kemudian ia mengajar Christmas yang masih muda selama enam bulan. Tidak berapa lama kemudian karena simpanan uangnya habis, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke Inggris. "Saya akan bekerja pada musim menuai kemudian kembali untuk menerima pendidikan yang lebih banyak", ia berkata kepada gurunya.
Di jalan ia dihadang oleh orang banyak. Mereka menghantam dia dengan sengit, meninggalkannya dalam keadaan luka-luka memar serta sebelah matanya tak dapat melihat.
Tetapi Christmas Evans tidak menyerah. Ia pulang ke rumah dan belajar lebih banyak, sehingga ia menguasai bahasa Yunani, Ibrani dan Latin. Ia giat dalam pelayanannya yang berpindah-pindah serta melelahkan yang membawanya dalam perjalanan-perjalanan yang sukar dengan menunggang kuda atau berkereta kuda bermil-mil jauhnya dan memperoleh julukan bagi dirinya "rasul" dari Wales. Beribu-ribu orang telah bertobat dan banyak gereja baru didirikan melalui pelayanannya.
(James Hefley, "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu Dengan Kristus?" [Bandung: Kalam Hidup]