Pertama, pengampunan melibatkan sikap positif terhadap pelanggaran itu dan bukan sikap negatif terhadap si pelaku. Jika kita terus berfokus kepada si pelaku, sulit untuk menghindari kepahitan. Tetapi jika kita berfokus secara positif pada pelanggaran itu, kita akan bisa memandangnya dari perspektif kekekalan dan juga melihat bagaimana hal ini membantu kita dalam kehidupan ini. Dengan sudut pandang kekekalan, pelaku dan pelanggarannya menjadi kurang penting dan respons kita atas masalah-masalah kita menjadi keprihatinan utama. Vicky mulai melihat bahwa kelumpuhannya bukan hanya telah membawa dia ke dalam pengenalan akan Yesus Kristus dan keselamatan tetapi ini juga menjadi sarana yang penting dalam mengembangkan karakteristik Kristus dalam hidupnya seperti kesabaran, tahan menderita, penguasaan diri dan kepercayaan pada Allah.
Kedua, pengampunan memandang si pelaku sebagai alat dalam tangan Allah. Yesus Kristus bisa merasa pahit terhadap orang-orang yang memukuli-Nya dan memaku Dia pada kayu salib, tetapi Dia memandang mereka sebagai pelaksana-pelaksana rencana Allah bagi hidup-Nya. Karena itu Dia sanggup mengatakan "Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk. 23:34). Setelah Vicky belajar tentang kedaulatan Allah dan pengendalian-Nya atas semua perkara manusia, ia menyadari bahwa Allah-lah yang sebenarnya mengizinkan serangan itu terjadi. Dan jika Yesus begitu mengasihi dirinya sehingga mau mati baginya, tentulah Dia bisa dipercaya ketika Dia mengizinkan kelumpuhan menimpa dirinya.
bersambung...
(dari buku "Hidup Yang Terancam" [Surabaya: Momentum])