Kedua, marilah kita menemukan seseorang yang akan berjuang dengan kita melalui liku-liku uang. Kalau orang itu suami atau istri kita, maka saya kira itulah yang paling ideal. Bersama-sama kita berjanji untuk membantu mengamati apabila kuasa godaan uang mulai menang. Hal ini perlu dilakukan dalam semangat kasih dan keramahan, tetapi hal itu sungguh perlu dilakukan... Barangkali roh ketamakan telah merayap masuk ke dalam urusan bisnis kita dan kita perlu orang lain untuk membantu kita melihatnya...
Ketiga, marilah kita menemukan cara-cara berkenalan dengan orang miskin. Salah satu dari hal-hal yang paling menghancurkan yang disebabkan oleh kekayaan adalah membuat jarak diri kita sendiri dengan orang-orang miskin sehingga kita tidak lagi dapat melihat penderitaan mereka... Kita dengan sadar dapat memilih untuk berada di antara orang-orang miskin, bukan untuk berkhotbah kepada mereka tetapi untuk belajar dari mereka.
Keempat, kita perlu mengubah pengertian kita tentang kepemilikan. Barangkali kita perlu memberi tanda pada segala sesuatu yang menjadi milik kita dengan peringatan, "diberikan oleh Allah, dimiliki oleh Allah dan untuk digunakan bagi maksud-maksud Allah". Kita perlu menemukan cara-cara untuk mengingatkan diri kita sendiri berulang-ulang bahwa bumi adalah milik Tuhan dan bukan milik kita.
Kelima, marilah kita memberi dengan sukacita dan murah hati. Memberi adalah cara untuk membuang sifat kikir dari dalam diri kita. Bahkan orang miskin pun perlu mengetahui bahwa mereka dapat memberi. Tindakan mengeluarkan uang, atau harta milik yang lain, mengubah sesuatu dalam diri kita. Tindakan itu menghancurkan setan ketamakan.
(dari buku "Uang, Seks dan Kekuasaan" [Bandung: Kalam Hidup])