Pembedaan yang Yesus buat antara "milik" Allah dan "milik Kaisar dalam Markus 12:17 menurut John Locke menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya mengajarkan "perbedaan" an sich tetapi juga pemisahan mutlak antara kepunyaan Allah dan kepunyaan Kaisar (Walzer 245). Lebih dari itu, "milik Allah" dan "milik Kaisar" menurut Michael Walzer, bertentangan satu sama lainnya. Di antara mereka ada suatu "irreconciliable tension" yang tidak mungkin teratasi. Oleh karena itu, satu-satunya jalan, argue Walzer, perlu dibangun suatu "tembok pemisah" di antara mereka (243 dst). Sehingga itu berarti bahwa Allah sama sekali tidak boleh mencampuri apalagi punya wewenang dalam masalah-masalah "politik". Dengan kata lain, Kaisar satu-satunya "penguasa tunggal" bidang politik.
Jika itu betul bahwa Kaisar merupakan "penguasa tunggal" dalam aspek kehidupan politik tidakkah itu berarti bahwa Kaisar telah menjadi "Allah" to a certain degree? [dalam pengertian tertentu] Benarkah demikian yang Yesus maksudkan? Jawabannya tentu saja tidak! Yesus sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Yesus dan orang Yahudi sezamannya, menurut Bauckham, selalu "take it for granted" di dalam mengaplikasikan "God's law" [hukum Tuhan] kepada "the whole life" (81) termasuk di dalamnya aspek kehidupan politik. Sehingga aneh bin ajaib bila dikatakan bahwa Allah tidak berwenang apalagi diasumsikan bahwa Ia sama sekali tidak boleh mencampuri urusan politik! Dengan demikian argumentasi bahwa Kaisar menjadi Allah "to a certain degree" pun tidak bisa dipertahankan validitasnya.
(dari buku "Perjuangan Menantang Zaman")