Banyak orang gagal karena 'miscalculate, misestimation'. Dalam peperangan, bila seseorang memprediksi musuhnya terlalu banyak (overestimation), maka ia akan menjadi gentar. Tetapi, bila seseorang memprediksi musuhnya terlalu sedikit (underestimation), maka ia akan menjadi arogan. Bukan hanya pintar yang penting tetapi bagaimana bijaksana dalam hidup. Banyak orang yang pintar tetapi hidupnya gagal total.
Tiga tahun permulaan dalam pelayanan seorang hamba Tuhan, adalah waktu penyesuaian. Waktu itu adalah kesempatan bagi jemaat untuk menkonfirmasi, apakah benar bahwa seseorang itu adalah hamba Tuhan sejati. Ada banyak orang yang teologinya kurang, tetapi bisa menggembalakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena ia mempunyai faktor-faktor yang mengkonfirmasi bahwa ia adalah hamba Tuhan yang baik. Salah satunya adalah relasi antar pribadi dengan orang lain.
Pada waktu seorang hamba Tuhan menerima pertanyaan, ia harus dalam waktu sangat singkat menilai, pengertian si penanya ini apa, motivasinya apa, maunya apa. Lalu, pertanyaan tersebut harus dijawab dengan cara bagaimana dan diselesaikan dengan pendekatan apa. Kalau pertanyaan langsung dijawab maka jawabannya akan kabur dan malah bisa menyebabkan orang menghina kekristenan.
Kalau kebaktian tidak berjalan lancar, seorang hamba Tuhan harus segera mengevaluasi. Apakah sikapnya tidak diterima, apakah bahasanya terlalu tinggi, apakah pengertian pendengar tidak sampai/ tidak cukup. Menjadi pengkhotbah berarti harus berdiri di tengah Allah dan manusia, seperti menjadi imam di antara Allah yang suci dan manusia yang berdosa.
Seorang hamba Tuhan, setiap kali naik mimbar harus dengan perasaan gentar di hadapan Tuhan, bertanggung jawab kepada Tuhan dan sekaligus bersukacita memberitakan kabar baik. Seorang hamba Tuhan harus sadar bahwa kesempatan naik mimbar adalah kesempatan satu-satu kalinya berdiri mewakili Tuhan, mewakili kekristenan membawa manusia berdosa kembali kepada Tuhan.
Hamba Tuhan tidak boleh show off (sombong di atas mimbar). Hamba Tuhan yang show off, bukan hamba Tuhan.
Setiap kali naik mimbar, harus sadar seperti kali pertama naik mimbar sehingga bergantung kepada Tuhan. Tetapi juga sadar seolah-olah ini adalah kesempatan terakhir naik mimbar.
Martin Luther: larikanlah diri dari panggilan hamba Tuhan seperti berdiri di pintu neraka. Pdt. Stephen Tong: jangan larikan diri dari panggilan Tuhan, seperti mau masuk pintu surga. Luther: serius panggilan Tuhan sehingga tidak sembarangan, seperti berdiri di pintu neraka. Pak Tong: rindukanlah panggilan hamba Tuhan seperti berdiri di pintu surga.
(parafrase dan catatan oleh penulis blog ini)