Pertama, Ketika seseorang dalam keinginannya untuk memenuhi seleranya
(makan, tidur dll), tidak melakukan dengan satu kesadaran akan tujuan yang
lebih tinggi yakni untuk mempersiapkan diri bagi pekerjaan Tuhan
tetapi untuk memuaskan dirinya. (Sudah tentu tidak mungkin seseorang
melakukan segala sesuatu dengan kesadaran untuk melayani Tuhan,
namun demikian, kebiasaan secara umum untuk melayani Tuhan tidak ada
pada orang yang menyenangkan dirinya).
Kedua, Ketika seseorang sangat menginginkan kesenangan dan kemakmuran
tubuhnya dan bukan kesenangan dan kemakmuran jiwanya.
Ketiga, Ketika seseorang tidak berhenti dari kesenangannya meski ia sadar
Tuhan melarang itu, atau hal itu menyiksa jiwanya, atau bahkan
ketika kebutuhan terdalam jiwanya memanggilnya untuk berhenti dari
dosa itu. Ia bukan saja tidak berhenti, tetapi bahkan berusaha untuk
memuaskan keinginanya, berapa pun harganya, dan ia tidak dapat
menyangkali hal itu dalam dirinya.
Keempat, Ketika kesenangan kedagingan melampaui kesenangan dalam Tuhan,
kesenangan akan firmanNya, dan jalanNya dan penantian akan
kesenangan kekal. Dan hal ini tidak hanya terjadi dalam action
tetapi dalam pertimbangan, pilihan dan tindakan. Secara umum, ia
lebih senang berada dalam semua permainan dan pesta ketimbang dalam
kehidupan iman dan kerohanian, relasi dengan Tuhan.
Kelima, Ketika seseorang menetapkan hati untuk belajar demi kesenangan kedagingan dan hal ini yang pertama dan paling manis dalam pikirannya.