Doa dimaksudkan Allah sebagai sarana untuk menjadikan kita rendah hati. Doa-doa yang sejati merupakan sarana untuk menghampiri hadirat Allah dan pengalaman akan kemuliaanNya yang menakjubkan itu menghasilkan suatu kesadaran akan keberadaan kita yang tidak ada apa-apanya dan tidak layak.
Kembali, doa dimaksudkan Allah untuk menjadi suatu sarana untuk melatih iman. Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm 10:17), namun dilatih di dalam doa; oleh karenanya kita mendengar ungkapan "doa iman".
Doa mewujudkan kasih ke dalam tindakan. Sehubungan dengan keberadaan orang-orang munafik, pertanyaan yang dikemukakan adalah: dapatkah ia bersenang-senang karena yang Mahakuasa dan berseru kepada Allah setiap waktu? (Ayub 27:10). Tetapi mereka yang mengasihi Tuhan tidak dapat jauh dari hidup dalam persekutuan denganNya, sebab mereka ini suka mencurahkan beban mereka kepadaNya. Doa bukan sekedar menerjemahkan kasih ke dalam tindakan, melainkan juga melalui jawaban doa yang diberikan kepada kita, kasih kita kepada Allah menjadi bertambah. "Aku mengasihi Tuhan sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku" (Mzm 116:1).
Doa dimaksudkan Allah untuk mengajar kita tentang nilai dari berkat-berkat yang kita minta dariNya, dan kita menjadi lebih bersukacita ketika Dia melimpahkan kepada kita segala sesuatu yang kita minta kepadaNya.
(dari buku "Kedaulatan Allah")