Sebenarnya suatu kebangunan rohani bukan diadakan bagi orang yang belum diselamatkan. Kebangunan rohani secara khusus diberikan hanya bagi umat Allah. Akan tetapi kita juga melihat bahwa tidak pernah kebangunan rohani hanya dihadiri oleh umat Allah saja, selalu ada orang-orang yang belum percaya juga hadir di dalamnya. Baiklah pengertian di atas ini kita pegang, bahwa suatu kebangunan rohani hanya diperntukkan bagi umat Allah.
Api yang besar harus dimulai dengan bunga api yang kecil. Jikalau tidak ada api sama sekali tidak mungkin terjadi kobaran api yang besar. Hal yang sama juga akan terjadi dalam suatu kebangunan rohani jemaat, yang harus dimulai dengan bara api kecil dan kemudian ditiup agar menyala kembali sehingga mampu memberikan kobaran yang luar biasa. Sebaliknya, jika bara api itu padam, maka sulit untuk dinyalakan kembali.
Dalam kebangunan rohani harus ada sesuatu yang dibangunkan! Orang mati tidak dapat dibangunkan. Mereka harus dihidupkan. Hanya orang hidup saja yang dibangunkan. Itu sebabnya kebangunan rohani harus dimulai dengan jemaat Tuhan sendiri. Kalau jemaat Allah telah bangun dalam nyala api kebangunan rohani, maka anak-anak kegelapan pun akan tertarik, mereka akan datang dan berkumpul mengelilingi api kebangunan itu.
Ini dapat diibaratkan dengan peristiwa kebakaran, yang akhirnya menarik perhatian masyarakat untuk mengerumuni dan menyaksikannya. Jika gereja benar-benar menyala maka dunia akan tertarik dan datang kepada Allah. Itulah sebabnya, kebangunan rohani harus dimulai dengan jemaat Tuhan, kemudian mengakibatkan keselamatan jiwa bagi orang yang belum bertobat. Kita telah membaca: "Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali?" Pemazmur menggunakan kata "kami" yang sebenarnya menunjuk pada umat Tuhan.
(dari buku "Merindukan Jiwa Yang Tersesat")