Ketika manusia dicipta menyerupai Penciptanya, ia memiliki hak yang khusus, yaitu memiliki rasio. Oleh karena itu, jika orang Kristen tidak mementingkan rasio atau meniadakan fungsi rasio di dalam kepercayaan atau sistem iman kita, maka kita telah menjual hak yang penting di dalam diri kita masing-masing. Tetapi celaka pula jika orang Kristen memperilah rasio, seingga rasio yang dicipta dimutlakkan seperti Allah yang mencipta. Ia akan mengalami kesulitan yang lebih banyak lagi.
Jangan meniadakan rasio tetapi juga jangan memperilah rasio. Jangan menyangkal rasio dan jangan mendewakan rasio. Rasio hanya suatu fungsi yang tinggi sekali yang dicipta oleh Tuhan di dalam diri manusia, yang serupa dan segambar dengan Tuhan sendiri. Oleh karena itu, rasio bukan tidak ada gunanya, tetapi rasio juga tidak setara dengan Tuhan Allah. Ilmu pengetahuan bukan tidak ada apa-apa, ilmu pengetahuan juga bukan segala-galanya, tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu hal.
Berpikir bukan tidak ada nilainya, pikiran juga bukan segala-galanya tetapi pikiran adalah sesuatu yang penting. Tidak benar perkataan pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab yang menanggap bahwa rasio itu tidak ada gunanya, yang hanya mengutamakan aspek percaya saja. Jika pemimpin gereja tidak mau berpikir, lalu berharap jemaatnya juga tidak berpikir, maka yang ada hanyalah orang bodoh yang memimpin orang bodoh dan menjadi gereja yang bodoh. Hanya pemimpin yang bodoh takut jemaatnya berpikir lebih banyak daripadanya. Ini adalah peperangan yang sulit bagi kita.
Allah adalah Pencipta rasio, rasio dicipta oleh Allah. Antara Pencipta dan yang dicipta selalu ada tenggang yang penting yang disebut sebagai Kualitas Pembeda. Perbedaan secara kualitas dan perbedaan secara esensi menunjukkan bahwa antara Pencipta dan yang dicipta pasti tidak sama.
(dari buku "Iman, Rasio dan Kebenaran")