Jumat, 14 Desember 2012

E. E Ellis: Paulus (2)


Pemberitaan Injil ke Galatia – sidang di Yerusalem – Yunani. Sesudah Paulus dan Barnabas kembali dari Yerusalem,  tahun 46 M, mereka ditugasi jemaat Antiokia memulai perjalanan penginjilan mereka. Mereka menjelajahi Pulau Siprus dan melintasi Galatia Selatan (Kis.13-14). Cara kerja mereka, yang menjadi pola Paulus dalam pemberitaan Injil ialah mula-mula berkhotbah di sinagoge atau rumah ibadat. Ada orang Yahudi dan non-Yahudi yang ‘takut akan Allah’ menerima pemberitaan mereka dan menjadi anggota perkumpulan setempat. Jika masyarakat Yahudi menolak Injil – kadang-kadang dengan kekerasan – maka pemberitaan dialihkan kepada masayarakat non-Yahudi (bnd. Kis.13:46). Kendati bahaya ini dan perpisahan di Perga dari pembantu mereka yaitu Yohanes Markus, pemberitaan Injil berhasil menumbuhkan gereja Kristen di daerah Pisidia, diantaranya jemaat di kota: Antiokhia, Ikonium, Listra, Derbe dan mungkin Perga.

Sementara masyarakat non-Yahudi banjir memasuki gereja Kristen, maka timbul masalah berat tentang hubungan mereka dengan hukum dan adat-istiadat yahudi. Sebagian orang Kristen Yahudi mengharuskan orang Kristen non-Yahudi disunat dan memelihara Taurat Musa jika mereka hendak diterima ‘sebagai sekutu yang setara’ dalam persekutuan Kristen. Sesudah Paulus kembali ke Antiokhia,  49 M, ia melihat dalam gerakan pen-Yahudi-an ini suatu ancaman terhadap hakikat Injil yang sebenarnya, lalu ia nyatakan perlawanannya tanpa tedeng aling-aling. Pertama, ia tempelak Petrus dimuka umum (Gal.2:13) karena untuk menghindari perpecahan dari para pentolan pen-Yahudi-an, Petrus meninggalkan orang-orang Kristen non-Yahudi. Kedua, sesudah mendengar bahwa ajaran pen-Yahudi-an itu meracuni gereja-gereja yang baru didirikannya, Paulus menulis surat peringatan yang tegas kepada jemaat di galatia, pada surat mana ia paparkan dengan penuh semangat semoyannya, ‘Keselamatan karena kasih karunia melalui iman’.

Peristiwa di Antiokhia menimbulkan krisis teologi besar dan yang pertama dalam gereja. Untuk menyelesaikan kemelut teologis yang ditimbulkannya, gereja Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas untuk berunding dengan para rasul dan tua-tua dalam sidang di Yerusalem (Kis.15). Sidang para rasul dan tua-tua itu mengambil keputusan supaya kepada orang-orang Kristen non-Yahudi ‘jangan ditanggungkan lebih banyak beban’ (Kis.15:28) tapi harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati lemas, dan percabulan. Keputusan ini menopang pandangan Paulus bahwa orang Kristen non-Yahudi tidak usah memegang Taurat Musa. Larangan yang disebut itu agaknya pada intinya dikenakan secara setempat (bnd 1 Kor 8) dan guna membantu hubungan baik antara Yahudi dan non-Yahudi.

Karena perbedaan pendapat dengan Barnabas perihal membawa Yohanes Markus lagi bersama mereka (Kis.15:38-39), Paulus memilih teman baru yaitu Silas dalam perjalanan penginjilan kedua (Kis.15:40-18:22). Dari Antiokhia mereka menempuh jalan darat ke jemaat-jemaat di Galatia Selatan. Di Listra pemuda Timotius bergabung dengan mereka. Karena dilarang oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil ke wilayah barat, mereka menuju utara ke Galatia Utara. Di Troas dalam penglihatan Paulus melihat seorang Makedonia memanggil dia. Dengan demikian mulailah penginjilannya di Yunani. Di Makedonia penginjilan dilakukan di Filipi, Tesalonika dan Berea; di Akhaya, atau Yunani Selatan, dikunjunginya Atena dan Korintus. Paulus tinggal di Korintus hampir dua tahun dan membangun suatu persekutuan Kristen yang dikemudian hari menjadi sumber sukacita maupun cobaan.

Melalui rekan sekerjanya (Lukas yang bergabung kepada kelompok Paulus di Troas) dan melalui sura-menyurat (kepada orang Tesalonika) ia terus memelihara hubungan dengan jemaat-jemaat muda yang bergumul di Makedonia. Sekarang Roh Kudus menggerakkan Paulus mengarahkan pandang ke Asia, yang dulu di larang. Sesudah meninggalkan Korintus, Paulus singgah sebentar di Efesus, kota perdagangan di Asia, dan meninggalkan di sana dua oran gteman dari Korintus sebagai pasukan pelopor yaitu Priskila dan Akwila. Dalam perjalanan kilat kembali ke Antiokhia via Yerusalem – Paulus melengkapi ‘perjalanan penginjilan kedua’, sesudah kali terakhir ia tinggal di Antiokhia, ia siap memindahkan basis pekerjaannya ke wilayah barat di Efesus.

Pelayanan di daerah Egea. Masa pelayanan di Egea (53-58 M;Kis.18:23-20:38) merupakan bagian yang paling penting dalam hidup Paulus. Propinsi Asia, yang begitu penting bagi gereja di kemudian hari, mulai diInjili; dan basis-basis Kristen diluar wilayah Kristen seperti Yunani diperkokoh. Pada tahun-tahun itulah Paulus menulis kedua surat kepada jemaat di Korintus, surat Roma dan surat-surat di penjara (Ef, Flp, Kol, Flm); yang dengan kehendak dan ketentuan Allah, surat-surat itu membentuk Kitab Suci yang kudus dan berwibwa bagi semua generasi umat manusia. Bagi Paulus sendiri masa ini merupakan masa kemenangan dan kekalahan, masa pemasyuran Injil dan bidat-bidat yang mengancam, masa sukacita dan frustrasi, masa aktif dan bersemedi dipenjara. Kristus memakai semua ini untuk membentuk Paulus menurut gambar-Nya dan untuk berbicara kepada gereja melalui Paulus. 

Dari Antiokhia Paulus menempuh jalan darat melalui daerah Galatia yang telah dikenalnya menuju Efesus. Di sana ia menemui murid-murid tertentu, di antaranya Apolos, yang sempat mengenal Yohanes Pembaptis dan mungkin Yesus juga (Kis.18:24). Di atas alas inilah tumbuh gereja. Allah mengerjakan mujijat-mujijat luar biasa sehingga ahli-ahli jampi dan pembuang-pembuang setan Yahudi tertentu tergoda memakai nama ‘Yesus yang diberitakan oleh Paulus’ (Kis.19:13), tetapi tanpa hasil. Serta-merta timbul perlawanan dari pihak penyembah dewi Artemis (Diana), dewi kota; dan si kaya Demetrius, ahli pembuat patung dewi Artemis, berhasil (dengan motif mutlak negatif) menghasut orang banyak untuk menimbulkan huru-hara. 

Tentu ada perjalanan Paulus jarak pendek dari kota Efesus; ia gunakan kesempatan ini,  3tahun sesudah ia tiba di situ, untuk membuat kunjungan terakhir pada jemaat-jemaat di daerah Egea. Melalui Troas ia sampai ke Makedonia dan di situ ditulisnya surat Korintus yang kedua dan kemudian ia melanjutkan perjalanan ke arah selatan ke Korintus. Di sana ia tinggal pada musim dingin dan menulisnya suratnya kepada jemaat Roma, sebelum ia mengarahkan langkahnya lagi ke Miletus, suatu pelabuhan dekat Efesus. Sesudah diadakan perpisahan yang mengharukan, berlayarlah Paulus sebagai ‘tawanan Roh’ (Kis.20:22) dan dalam suasana penuh ancaman ia berlayar dengan tujuan Yerusalem dan mendekati penjara yang sudah hampir pasti. Tapi semua hal ini tidak membuat dia gentar – dia sudah dirangkul untuk Injil dan di asudah mendapat penglihatan-penglihatan mengenai Roma (Kis.23:11). 

Dipenjarakan di Kaisarea dan di Roma – Kematian Paulus. Paulus mendarat di Kaisarea, dan dengan membwa sumbangan untuk orang-orang miskin ia tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kis.21:23 bdn 1 Kor16:3; 2 Kor 9; Rm 15:25). Walaupun dengan seksama ia mengikuti tata cara Bait Suci, tapi para peziarah Yahudi yang datang dari Efesus – mengingat ‘rasul bangsa-bangsa non-Yahudi’ itu – menuduhnya memperkosa kekudusan Bait Suci. Mereka menghasut orang banyak menimbulkan huru-hara. Paulus ditangkap dan ditahan tetapi diizinkan berbicara kepada orang banyak dan kemudian kepada Sanhedrin atau mahkamah agama. 

Untuk mencegah Paulus dibunuh tanpa peradilan, maka ia dipindahkan ke Kaisarea. Di situ ia dipenjarkan oleh Feliks,k wali negeri Roma selama dua tahun (58-60 M; Kis.23-26). Pada saat itu Festus, pengganti Feliks hendak menyerahkan dia kepada orang Yahudi supaya diadili. Sadar akan hasil peradilan seperti itu maka Paulus sebagai warga negara Roma naik banding kepada kaisar. Usai temu wicara dengan wali negeri dan tamu-tamunya yaitu Raja Agripa dan Bernike, ia dipindahkan ke Roma dengan pengawalan ketat. Jadi, dalam suasana di luar perhitungan, Kristus sendiri menggenapi mimpi Rasul Paulus dengan kata-kataNya ‘…demikian hendanya engkau juga bersaksi di Roma (Kis.23:11). 

Perjalanan Laut Paulus mengalami taufan dan sesudah kapal mereka kandas, ia tinggal selama musim dingin di Malta (61 M). pada musim semi sampailah ia di Roma dan selama dua tahun berikutnya ia dalam tahanan rumah, sambil dengan terus terang mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus (Kis.28:31). Di sinlah berakhir cerita Kis, dan sisa hidup rasul Paulus harus digali dari sumber-sumber lain (penelitian yang paling berguna mengenai zaman para rasul dan tempat Paulus di situ ialah F.F Bruce, New Testament History, 1969). 

Besar kemungkinan Paulus dibebaskan tahun 63 M lalu mengunjungi Spanyol dan daerah Egea sebelum ditahan kembali dan mati dalam pemerintahan Kaisar Nero (67 M). Surat 1 Clement (5:5-7; 95 M) dan kanon Muratori (170 M) dan kitab Apokrifa (Vercelli) Acts of Peter (1:3; 200 M) menyaksikan tentang perjalanan ke Spanyol dan Surat Penggembalaan atau setidak-tidaknya 2 Timotius mencatat penginjilan di Timur sesudah Kis. Sampai akhirnya Paulus ‘mengakhiri pertandingan yang baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman’. Dan telah tersedia mahkota baginya (bnd 2 Tim 4:7 dst).

(dari "Ensiklopedia Alkitab Masa Kini")