Sir William Ramsay dan yang lain-lain membuktikan bahwa
Tarsus benar ‘kota yang terkenal’ (Kis.21:39). Tarsus adalah
pusat pendidikan sehingga para ahli umumnya menerima bahwa Rasul
Paulus mempelajari berbagai filsafat Yunani dan ibadah-ibadah agama
pada masa mudanya di sana. Tapi kemudian anggapan ini dipersoalkan
oleh Van Unnik. Alasannya ialah bahwa ayat-ayat yang terkait
(Kis.22:3;26:4) menempatkan Paulus di Yerusalem sebagai anak kecil;
Kis.22:3 harus dibaca dengan urutan (1) lair di Tarsus; (2)
dibesarkan di lutut ibu (anatethrammenos)
di kota ini; (3) dididik dengan telitit di bawah pimpinan Rabi
Gamaliel. Sebagai ‘seorang muda’ (Kis.7:58; Gal.1:13;1Kor.15:9)
Paulus mendapat kekuasaan resmi untuk mengatur penganiayaan orang
Kristen, dan sebagai anggota sinagoge atau Dewan Sanhedrin ‘aku
juga setuju jika mereka dihukum mati’ (Kis.26:10). Mengingat
pendidikan Paulus dan kedudukannya sebagai tokoh terkemuka, bolehlah
dianggap keluarganya kaya dan berkedudukan tinggi; bahwa kemenakannya
bisa berjumpa dengan pemimpin di Yerusalem cocok juga dengan kesan
ini (Kis.23:16,20).
Mengenai penampilan pribadi lahiriah Paulus, Alkitab
hanya menggambarkan tidak meyakinkan (1 Kor.2:3; 2Kor.10:10).
Gambaran yang mengesankan yang Deissman (hal.58) dan Ramsay (The
Church in the Roman Empire, hal.31 dst)
cederung menerimanya ialah yang terdapat dalam kitab Apokrifa Acts
of Paul and Thecla, ‘Dan dia lihat Paulus
datang, seorang yang kecil perawakannya, rambutnya tipis dan halus,
kakinya bengkok, badanya tegap, alisnya bertemu, hidung sedikit
bungkuk, penuh belas kasihan, kadang-kadang ia kelihatan seperti
manusia, kadang-kadang wajahnya seperti wajah malaikat.
Pertobatan
dan Pelayanan Paulus mula-mula. Walaupun tak ada bukti bahwa Paulus pernah mengenal Yesus pada masa
pelayanan Yesus di dunia ini (2 Kor.5:16 hanya mengacu ‘menilai
menurut ukuran manusia’), saudara-saudaranya orang Kristen
(bnd.Roma 16:7) dan pengalamannya dengan martir Stefanus (Kis.8:1)
pasti mempunyai dampaik dalam hatinya. Pertanyaan Yesus yang sudah
dimuliakan dalam Kis.26:14 mengacu pada pengertia di atas. Dampak
perjumpaan Paulus dengan Kristus yang sudah bangkit memberikan bukti
yang melimpah, bahwa hal itu dialami oleh akal sehat dalam kesadaran
yang mantap dan hal itu jelas dapat ditafsirkan seperti yang memang
dilakukan oleh Lukas, mutlak sebagai muzijat yang mengubah musuh
Kristus menjadi rasulNya. Tiga keterangan dalam Kis (ps.9,22 dan 26)
bukan hanya menyaksikan makna dari pertobatan Paulus bagi pokok
pemberitaan Lukas (bnd.CBQ 15, 1953 hlm.315-338) tapi seperti
dikemukakan J.Dupont dan M.E Thrall, pentingnya hal itu juga bagi
pengertian Paulus sendiri mengenai pelayanannya bagi masyarkaat
non-Yahudi dan mengenai Kristologinya. Bandingkan Kim.Hal.135-138,
170 dst.338.
Kecuali masa selang di padang gurun Transyordan, Paulus menggunakan
ketiga tahun sesudah baptisannya untuk memberitakan Injil di Damsyik
(Gal.1:17, Kis.9:19). Karena tekanan dari pihak Yahudi, Paulus lari
ke Yerusalem dan disitu Barnabas berani memperkenalkan dia kepada
pemimpin-pemimpin Kristen yang sangat mencurigainya, hal yang dapat
dimengerti. Pelayan Paulus tidak sampai 2 minggu sebab orang Yahudi
Helenistis berusaha lagi membunuh dia. Untuk mengelakkan bahaya itu
ia kembali ke tempat kelahirannya dan tinggal di situ sepuluh tahun,
yang bagi kita hal itu sama dengan berada ‘dalam kesunyian’.
Kemudian Barnabas mendengar pekerjaan Paulus dan teringat perjumpaan
mereka pertama kali, maka dimintanyalah Paulus datang ke Antiokhia
untuk menolong pemberitaan Injil yang sedang berkembang di
tengah-tengah masyarakat non-Yahudi (Gal.1:17; Kis.9:26; 11:20).
Orang-orang yang baru saja disebut ‘orang Kristen’, segera
memulai tugas penginjilan mereka. Sesudah satu tahun mengalami berkat
yang menonjol, Paulus dan Barnabas diutus ke Yerusalem untuk
melakukan ‘kunjungan dalam rangka masa lapar’ untuk menolong
orang-orang Kristen yang terpukul disana.
(dari "Ensiklopedia Alkitab Masa Kini")