Dalam kasih tercakup pengharapan. Orang yang mengasihi terus berharap dan tidak menjadi putus asa, kecewa atau berkecil hati. Berkecil hati adalah salah satu keadaan yang paling disukai oleh iblis dalam diri orang-orang percaya. Berkecil hati membuat kita berhenti berkarya, enggan melayani dan tidak lagi mengeluarkan buah yang lebat bagi Tuhan. Kadang di dalam kesulitan pelayanan, kita dapat menjadi kecewa.
Mungkin orang yang kita layani selama bertahun-tahun ternyata masih juga berada di luar pengharapan kita, atau mungkin kita kecewa dengan pembimbing kita yang selama ini kita kagumi, yang ternyata masih memiliki kelemahan ini dan itu. Iblis seringkali mempergunakan hal ini untuk membuat kita berhenti maju. Kapan kita berhenti berharap atas seseorang atau suatu keadaan yang kita anggap tidak dapat lagi diharapkan?
Ketika kita sudah kehilangan kasih. Tidak ada pengharapan berarti tidak adanya kasih. Kita rupanya senantiasa memiliki alasan yang cukup untuk kecewa dan pesimis apalagi ketika kita melihat keadaan di sekeliling kita nampaknya memang tidak banyak yang dapat kita harapkan.
Berharap dalam situasi sulit seringkali dikategorikan, sekali lagi, dengan sikap yang terlalu idealis. Persoalanya yaitu kita seringkali mengaitkan antara boleh atau tidaknya seseorang berharap, dengan target yang harus dicapainya. Didukung oleh banyaknya catatan masa lampau, kita lalu akhirnya menjadi kecewa dan berhenti berharap, sementara yang penting sebenarnya bukan bukanlah hasil yang ditargetkan (karena target seringkali tidak tepat), melainkan proses perubahan itu sendiri.
Yesus Kristus memiliki alasan yang sangat sah untuk kecewa kepada para muridNya. Ada yang mengkhianati Dia; yang lain menyangkaliNya tiga kali, bahkan setelah diberi peringatan terlebih dahulu; yang lain lagi - hampir semuanya - meninggalkanNya di saat yang paling sulit. Seandainya Ia berkecil hati, kita pun akan sangat memakluminya. Karena memang penderitaanNya terlalu berat. Namun apa yang dikatakan Alkitab? Ia tidak berhenti berharap.
Pasal terakhir Injil Yohanes mencatat, bagaimana Yesus memulihkan Petrus. Ia tetap mengharapkan Petrus. Kita teringat nubuat nabi Yesaya tentang Yesus: buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya, tidak akan dipadamkannya (42:3). Bukan hanya itu, Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai (42:4). Ia tidak mematahkan semangat orang lain yang sudah hampir patah. Dan Ia sendiri juga tidak akan patah semangat. Sampai kapan? Sampai Ia menegakkan hukum di bumi.
Dan tentang Dia nabi bernubuat, segala pulau mengharapkan pengajaranNya. Tak ada harapan lain di tengah-tengah krisis yang semakin meningkat, selain manusia kembali kepada sumber kasih yang sanggup memberikan pengharapan yang tidak mengecewakan, yaitu Yesus Kristus.
(dari buku "Ajarlah Kami Bertumbuh")