Kitab Wahyu memberikan gambaran yang kuat akan efek-efek universal dari Amanat Agung. Meskipun tidak semua orang yang ditawari Injil akan percaya dan menerimanya, Rasul Yohanes menerima rahasia tentang penglihatan sorgawi berkenaan dengan begitu banyak orang yang menerima kebenaran Yesus dan menyembahNya seturut itu:
"Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!" (Why. 7:9-10; lihat juga 5:9).
Kebenaran Allah tidak bersifat kedaerahan, parokhial atau parsial, melainkan bersifat universal dalam jangkauan dan penerapan. Tetapi kebenaran Allah juga memungkinkan pengungkapan budaya yang unik dan kreativitas para individu yang dijadikan seturut gambar ilahi dan ditebus melalui Sang Anak Domba. Kebenaran itu tidak meratakan kita menjadi keserupaan tanpa wajah, melainkan membebaskan kita masing-masing untuk menjadi diri kita sebagaimana seharusnya di bawah ketuhanan Kristus.
Sebagaimana Allah memelihara kedua belas suku bangsa Yahudi, providensia memberikan tempat bagi suatu keragaman karunia, tipe kepribadian dan panggilan di dalam Kristus. Tetapi semuanya itu hanya ada karena dan di bawah kebenaran Allah yang universal. Seperti dijanjikan Yesus, "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu, dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:31-32).
(dari buku "Pudarnya Kebenaran: Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme" [Surabaya: Momentum, 2003])