Kedua, kita menjadi serupa dengan Kristus dalam pelayananNya. Kita sekarang beralih dari inkarnasiNya ke kehidupan pelayananNya. Sekarang, marilah bersama saya ke ruang atas di mana Ia menghabiskan malam terakhir bersama murid-muridNya. Dalam kesempatan makan malam itu, Ia melepaskan jubahNya, mengikat sebuah handuk di pinggangNya, menuangkan air dalam sebuah wadah, dan membasuh kaki para muridNya.
Ketika Ia telah selesai, Ia kembali ke tempatNya dan berkata "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh. 13:14-15).
Beberapa kalangan orang Kristen memaknai perintah Yesus secara literal dan terkadang melakukan ritual pembasuhan kaki dalam Perjamuan Kudus. Mereka mungkin saja benar. Tetapi sebagian besar kalangan juga menerjemahkan perintah Yesus ini secara budaya. Yang mereka lakukan adalah sebagaimana Yesus melakukan sesuatu yang dalam budayaNya adalah pekerjaan seorang budak, demikian pula kita dalam budaya kita, harus menganggap bahwa tidak ada tugas yang terlalu rendah dan hina untuk dikerjakan.
(dari buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2010])