Kamis, 04 Juli 2013

John Frame: Van Til dan Presaposisi (1)

John Frame membahas pemikiran Cornelius Van Til (1895-1987), seorang pembela iman Kristen dari kalangan Reformed yang gigih. Ia adalah mantan dosen apologetika di Westminster Theological Seminary.

Van Til mempergunakan istilah 'presaposisi' untuk mengindikasikan peran yang seharusnya dimainkan oleh wahyu ilahi dalam pemikiran manusia. Saya tidak percaya Van Til pernah mendefinisikan istilah ini. Saya mencoba untuk mendefinisikannya baginya sebagai suatu 'komitmen dasar hati'. Bagi orang Kristen, komitmen ini ditujukan kepada Allah sebagaimana Ia mewahyukan diriNya. Orang non Kristen menggantikannya dengan hal lain - allah lain, diri sendiri, kesenangan, uang, rasionalitas, atau apapun - yang menjadi sasaran komitmen ultimat mereka dan yang akan memerintah seluruh hidup mereka, termasuk pemikiran mereka.

Komitmen ultimat kita memainkan peran yang sangat penting di dalam pengetahuan kita. Komitmen ini menentukan kriteria ultimat kita mengenai benar dan salah, ketepatan dan kekeliruan. Selama kita mempertahankan komitmen ultimat kita secara konsisten, maka kita tidak bisa menerima hal apapun yang berkonflik dengan komitmen itu sebagai benar atau tepat.

Terdapat sejumlah kesempatan di dalam tulisan-tulisan Van Til di mana ia mempergunakan istilah 'presaposisi' secara berbeda. Misalnya, ia mendesak apologet untuk menunjukkan 'kepada orang non Kristen bahwa bahkan di dalam penyangkalannya yang jelas akan Allah, ia toh sebenarnya mempresaposisikan Allah'. Jelas bahwa ketika orang tidak percaya 'mempresaposisikan' Allah dalam pengertian ini, ia tidak mengakui Allah sebagai komitmen ultimatnya.

Poin Van Til di sini adalah bahwa di dalam mengasumsikan bahwa dunia ini dapat dipahami, orang tidak percaya telah mengasumsikan bahwa dunia ini dapat dipahami, orang tidak percaya telah secara implisit mengakui eksistensi Allah yang disangkalnya secara eksplisit. Bagi orang tidak percaya, untuk mempresaposisikan Allah dalam konteks ini berarti berpikir atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan inklinasi diri sendiri, yang mengindikasikan bahwa pada level tertentu dari kesadarannya, ia memiliki pengenalan akan realitas dan signifikansi Allah.

bersambung...

(dari buku "Cornelius Van Til: Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya" [Surabaya: Momentum, 2002])