Pikiran dan kasih bersifat 'sibi mutuo causae' - saling mempengaruhi satu sama lain. "Hatiku... menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah" (Mzm. 39:4). Jadi, pikiran itu seperti aba-aba yang memicu dan mengobarkan kasih. Kasih yang telah berkobar ini akan mendidihkan pikiran. Itu sebabnya, para petobat baru, yang memiliki kasih yang baru dan kuat, mampu memikirkan Allah lebih dari pada yang lain dengan kenikmatan ekstra.
(dari buku John Piper, "Pikirkan: Eksistensi Akal Budi dan Kasih Akan Allah" [Bandung: Pionir Jaya, 2012])