Saya sangat bersukacita dapat memberikan kata pengantar bagi buku yang meskipun tipis tetapi saya anggap sangat bermanfaat ini. Mabel Williamson adalah seorang misionaris dari OMF, yang memulai pelayanannya sebagai penginjil di daratan Tiongkok dan keluar dari sana karena tekanan rezim komunisme, lalu meneruskan pelayanannya di Indonesia. Dan melalui pengaturan Tuhan, kami pernah menjadi rekan kerja di SAAT selama lebih dari 10 tahun sebagai pengajar.
Dalam pengamatan saya, dia adalah seorang misionaris yang sangat bersungguh-sungguh melayani Tuhan. Ia melaksanakan dalam hidupnya semacam prinsip persis yang dia tulis dalam bukunya ini, yaitu hak terbesar seorang yang melayani Tuhan ialah melepaskan haknya. Pikirannya ini diambil dari Surat Pertama Korintus pasal kesembilan yang diucapkan oleh Rasul Paulus.
Sebagai seorang rasul, Paulus bukannya tidak berhak membawa seorang istri untuk menyertainya saat ia pergi ke sana kemari mengabarkan Injil, seperti yang dilakukan Petrus dan rasul-rasul lain. Ia juga bukannya tidak berhak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan supaya dapat berkonsentrasi dalam pelayanan Injil. Namun, Paulus melepaskan semua hak itu dan tidak mempergunakan satu pun dari hak-haknya demi kemajuan Injil. Ia tidak menerima honor dari orang-orang yang ia injili karena mereka masih kafir atau masih orang Kristen baru, supaya jangan sampai muncul rintangan bagi pemberitaan Injil yang ia lakukan (1 Kor. 9:12, 15).
Hal ini membawa kita kepada pemikiran: untuk apakah kita hidup di dunia ini? Apakah kita hidup di dunia ini untuk mendapatkan sesuatu, atau merebut sesuatu dari orang lain untuk memperkaya diri? Inilah sikap hidup yang umumnya kita temukan pada kebanyakan orang. Tetapi seorang yang agung justru adalah orang yang mengosongkan diri untuk memperkaya orang lain. Inilah standar kerohanian sejati yang berasal dari teladan Kristus sendiri, yang sekalipun kaya namun telah menjadi miskin karena kita, supaya kita yang miskin boleh menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2 Kor. 8:9).
Orang yang menuntut hak dan menuntut segala sesuatu yang dapat diperoleh melalui hak itu adalah orang yang belum terlepas dari egoisme. Tetapi orang yang mengetahui apa artinya menyangkal diri memikul salib, dan mengikuti Kristus serta meneladani semua langkah dan cara hidup Kristus, orang demikian tidak menuntut hak, melainkan menuntut diri bagaimana menjadi berkat di tangan Tuhan yang dapat dibagikan kepada banyak orang.
Saya sendiri mendapat pengaruh dan berkat melalui buku ini dan saya sangat menginginkan setiap orang yang membaca buku ini mau sekali lagi mengintrospeksi diri dan mendapatkan koreksi dari Roh Kudus melalui Kristus, yang telah mempengaruhi Paulus, dan selanjutnya mempengaruhi Mabel Williamson yang telah menjadi contoh hidup bagi kita, dan yang akan membawa hidup kita menuju hidup yang berkelimpahan melalui kehidupan yang rela menghampakan diri sendiri.
Kiranya Tuhan melatih kita dan memakai kita melalui prinsip ini untuk menjadi orang yang mengerti bahwa hak terbesar yang dimiliki seorang Kristen justru adalah hak untuk melepaskan hak. Soli Deo Gloria.
(dari buku Mabel Williamson, "Tidakkah Kami Mempunyai Hak?" [Surabaya: Momentum, 2007])