Etika Kristen didasarkan pada perintah-perintah Allah, wahyu yang bersifat umum (Roma 1:19-20; 2:12-15) dan khusus (Roma 2:18; 3:2). Allah telah menyatakan diriNya baik melalui alam (Mazmur 19:1-6) dan di dalam Kitab suci (Mazmur 19:7-14). Wahyu umum berisikan perintah Allah bagi semua orang. Wahyu khusus mendeklarasikan kehendakNya untuk orang-orang percaya. Tetapi di dalam kedua hal tersebut, dasar dari tanggung jawab etis manusia adalah wahyu ilahi.
Gagal untuk mengenali Allah sebagai sumber kewajiban moral tidak membebaskan siapapun juga, bahkan seorang ateis, dari kewajiban moralnya. Karena "apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat, oleh dorongan sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu, mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka" (Roma 2:14-15).
Maksudnya adalah bahkan jika orang-orang yang tidak percaya tidak memiliki hukum moral di dalam pikiran mereka, mereka masih memilikinya tertulis dalam hati mereka. Bahkan jika mereka tidak mengetahuinya melalui pengertian, mereka memperlihatkannya melalui kehendak hati.
(dari buku "Etika Kristen" [Malang: SAAT, 2000])