Kata "mengingat" menunjukkan sebelumnya Allah sudah memiliki pikiran kasih dan kemurahan yang ditujukan kepada kita. Seperti halnya Dia mengingat anak-anak Israel di Mesir, Diapun mengingat kita di dalam natur kita yang sudah rusak. Dia "mengingat" perjanjianNya, perjanjian yang di dalamnya telah Ia cantumkan Jaminan bagi kita sejak kekekalan.
Dalam Titus 1:2 kita membaca tentang kehidupan kekal, "yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta": yakni, Allah Bapa berjanji pada Kristus bahwa Ia akan memberikan hidup kekal itu kepada orang-orang yang dengan mereka Dia mengadakan Perjanjian. Benar, Allah "mengingat" bahwa Dia "telah memilih kita di dalam Dia sebelum dunia dijadikan" (Efe 1:4). Oleh karena itu, pada saatnya nanti Dia akan membawa kita dari kematian menuju kehidupan kekal.
Kata yang menyenangkan ini tidak hanya mencakup pengalaman awal kita saat menerima anugerah yang menyelamatkan dari Allah. Menurut sejarah, ayat utama di atas tidak hanya mengacu pada Allah mengingat umatNya saat di Mesir saja, tetapi juga saat mereka berada di padang gurun, dalam perjalanan menuju tanah perjanjian.
Pengalaman Israel di padang gurun menjadi gambaran perjalanan orang kudus dalam melewati dunia yang memusuhi mereka. "ingatan" Allah pada mereka diwujudkan dalam tindakan Allah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari mereka, sebagai gambaran kelimpahan pemeliharaan anugerahNya bagi kita sementara kita berjalan menuju Rumah Sorgawi kita. Keberadaan kita di dunia ini memang rendah, karena kita tidak berkuasa sebagai raja. Akan tetapi, Allah kita sungguh memperdulikan kita, dan setiap saat melayani kita.
(dari buku "Penghiburan bagi Orang Percaya")