Engkau menjadi agung bukan karena kepandaianmu. Engkau menjadi agung bukan karena kesuksesan kariermu. Engkau menjadi agung bukan karena gelar akademismu yang tinggi sekali. Engkau menjadi agung bukan karena banyaknya kekayaanmu. Tetapi yang membuat engkau agung adalah seberapa besar perasaan belas kasihan, perhatian, kemurahan, dan kerelaanmu mengerti pergumulan sesamamu, seberapa jauh engkau rela menolong orang lain, dan seberapa peka engkau akan nasib umat manusia.
Di dunia ini sangat banyak orang yang pandai; tetapi sedikit orang yang agung; banyak orang yang kaya tetapi sedikit orang yang penuh belas kasihan. Banyak orang yang pandai bicara tetapi sedikit orang yang mau menjalankannya. Kita perlu belajar bukan hanya pandai bicara tetapi juga bisa menjalankan apa yang kita bicarakan. Kita perlu belajar lebih mengerti orang lain. Itu yang membuat manusia menjadi manusia yang agung. Banyak orang yang berakademis tinggi, tetapi sedikit orang yang agung.
Orang yang matanya tajam dalam melihat kesalahan orang lain jumlahnya sangat banyak, tetapi orang yang sungguh-sungguh mau menolong dan membangun orang lain, jumlahnya sangat sedikit. Kita perlu belajar menjadi orang yang agung. Manusia bukan binatang. Manusia tidak boleh terjerumus ke dalam kesalahan, khususnya di dalam hal seks. Kita perlu berjanji di hadapan Tuhan, berdoa minta kekuatan untuk melupakan kesalahan yang sudah dilakukan di masa lalu, tidak mengulanginya lagi, dan saat ini mau hidup dengan baik. Manusia bukan binatang, namun manusia juga membutuhkan seks. Oleh karena itu, manusia membutuhkan cinta yang sunguh, sehingga keseimbangan antara cinta dan seks menjadikan diri sebagai wakil Tuhan yang mulia.
Jangan melampiaskan seks sembarangan, karena akibat yang ditimbulkannya terlalu berat, penyesalannya terlalu dalam, dan kesedihan di dalam hati nuranimu sulit untuk dapat direkatkan dengan cinta Tuhan. Belajarlah untuk bisa mempersatukan cinta dan seks dengan sebaik mungkin. Jangan engkau menikah dengan seseorang yang tidak sungguh-sungguh engkau cintai, karena selanjutnya dia akan menjadi korbanmu. Engkau telah menyita waktunya seumur hidupnya dan dia tidak menikmati cinta yang sesungguhnya darimu. Tetapi engkau mengatakan, bahwa engkau perlu menikah.
Maka di sini, janganlah engkau menikah hanya untuk memenuhi kebutuhanmu, secara spesifik, janganlah engkau menjadikan pasanganmu sebagai alat untuk melampiaskan kebutuhan seksmu. Itu adalah tindakan dan sikap yang tidak benar. Tidak bisa menikah dengan yang sungguh-sungguh engkau cinta, lalu karena kebutuhan seks menikah dengan orang yang tidak sungguh-sungguh engkau cinta, adalah dua hal yang sama-sama tidak baik. Karena itu, hendaklah engkau berdoa agar Tuhan memberikan kesempatan dan kemungkinan untuk bisa menikah dengan orang yang sungguh-sungguh engkau cintai.
(dari buku "Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan")