Tentu saja peniruan yang melintasi jarak waktu berabad-abad dan melintasi kebudayaan-kebudayaan adalah urusan yang rumit. Peniruan-peniruan gaya atau bahasa semata akan menunjukkan kegagalan dalam memahami apa yang Jonathan Edwards sendiri sedang kejar dalam pengadaptasian kreatif dari kebenaran alkitabiah yang solid dan kuno untuk zamannya sendiri.
Dibutuhkan hikmat untuk bisa melihat dan membedakan bagaimana kekuatan-kekuatan dari seorang kudus di masa lampau seharusnya muncul dalam masa yang lain. Seperti halnya dengan kata-kata bijak atau amsal, demikian pula halnya dengan biografi. "Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk" (Ams 26:9). "Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh" (Ams 26:7).
Karena itu biarlah kita berhati-hati supaya jangankita memakai jas rompi Edwards [atau raksasa iman manapun] dan rambut palsunya dan membuat diri kita seperti orang bodoh. Dia memiliki terlalu banyak hal yang sungguh-sungguh sangat kita butuhkan untuk diberikan kepada kita.
(dari buku "Gairah Allah Bagi KemuliaanNya")