Salah satu hal yang digunakan Allah sehingga kebenaran ini dipegang oleh perseorangan maupun gereja: kesadaran bahwa pernyataan di atas ini juga merupakan kebenaran bagi Allah sendiri. Misi bukanlah sasaran akhir Allah. Ibadahlah yang menjadi sasaran akhirNya. Kalau hal tersebut diyakini dalam hati setiap setiap orang, segala sesuatu akan berubah. Segala sesuatu akan terlihat berbeda - termasuk pekerjaan pengutusan pemberita Injil.
Fondasi yang sesungguhnya dari gairah kita untuk melihat Allah dimuliakan merupakan gairah Allah sendiri untuk dimuliakan. Allah adalah pusat dan unggul dalam kasihNya. Tidak ada tandingan bagi supremasi kemuliaan Allah dalam hatiNya sendiri. Allah bukanlah berhala. Ia tidak melanggar hukumNya yang pertama. Dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi, Ia bersukacita dalam kemuliaan kesempurnaanNya. Hati yang paling bergairah bagi Allah di seluruh alam semesta ini adalah hati Allah sendiri.
Kebenaran ini, lebih daripada kebenarna lainnya yang saya ketahui, memberi keyakinan bahwa ibadah adalah penggerak dan sasaran misi. Alasan terdalam mengapa gairah kita terhadap Allah harus menggerakan misi ialah karena gairah Allah terhadap diriNya sendiri menggerakkan misi. Misi adalah hasil dari luapan kesukaan kita terhadap Allah karena misi adalah hasil luapan sukacita Allah atas keberadaanNya sendiri sebagai Allah. Dan alasan terdalam mengapa ibadah merupakan sasaran dalam misi adalah karena ibadah adalah sasaran Allah sendiri. Kita diyakinkan mengenai sasaran ini oleh ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang keinginan Allah dipuji di antara segala bangsa. "Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa" (Mzm 117:1).
(dari buku "Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah dalam Misi")