Ketika Paulus diubahkan dalam perjalanannya ke Damsyik, Yesus Kristus menjadi harta dan sukacita terbesar dalam hidupnya. "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya" (Flp. 3:8). Kesetiaan Paulus kepada Yesus menuntut pengorbanan yang mahal. Apa yang Paulus pelajari di Damsyik bukan hanya tentang sukacita karena dosanya diampuni, juga bukan hanya tentang persekutuan dengan Raja alam semesta, tetapi juga tentang berapa banyak ia harus menderita.
Yesus mengirim Ananias kepadanya dengan pesan ini, "Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu" (Kis. 9:16). Penderitaan yang Paulus alami sebagai utusan Injil ditanggungnya "demi nama Yesus". Ketika ajalnya sudah dekat, dan ia diperingatkan untuk tidak pergi ke Yerusalem, ia menjawab, "mengapa kamu menangsi dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus" (Kis. 21:13).
Bagi Paulus, kemuliaan nama Yesus dan reputasi nama Yesus di dunia ini lebih penting dari hidupnya sendiri.
(dari buku "Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah dalam Misi")